Rabu 26 Jul 2017 17:26 WIB

Lanud Adisutjipto Hadirkan Pesawat Cureng untuk Pertama Kali

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Hazliansyah .
Pesawat tempur Hawk MK-53 yang terbang dari Lapangan Udara Iswahyudi, Madiun, mendarat untuk mengikuti upacara penyambutan penerbangan terakhir Hawk MK-53 di Lapangan Udara Adisutjipto, Yogyakarta, Kamis (12/3).  (Antara/Sigid Kurniawan)
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Pesawat tempur Hawk MK-53 yang terbang dari Lapangan Udara Iswahyudi, Madiun, mendarat untuk mengikuti upacara penyambutan penerbangan terakhir Hawk MK-53 di Lapangan Udara Adisutjipto, Yogyakarta, Kamis (12/3). (Antara/Sigid Kurniawan)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pesawat legendaris yakni pesawat Cureng, yang waktu itu dipergunakan untuk operasi pengeboman tangsi Belanda di Salatiga, Ambarawa dan Semarang akan dihadirkan untuk pertama kalinya di acara napak tilas dalam peringatan Hari Bakti Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Udara (AU) ke-70 tahun 2017.

Komandan Pangkalan Udara (Danlanud) Adisutjipto Marsekal Pertama (Marsma) TNI Novyan Samyoga mengatakan, penampilan Cureng adalah  yang pertama kalinya dalam sejarah peringatan Hari Bhakti.  

"Cureng ini merupakan pesawat peninggalan dari Jepang dan kini pesawat tersebut merupakan Cureng satu-satunya yang masih ada di dunia," ujarnya dalam konferensi pers di Yogyakarta, Rabu (26/7).

 

Pesawat itu tadinya berada di Museum Satria Mandala. Namun mulai saat ini pesawat dipindahkan ke Museum Pusat Dirgantata Mandala Yogyakarta agar dapat lebih sesuai dengan tema napak tilas yang rutin dilakukan setiap tahun.

Cureng memiliki nama asli Yokosuka K5Y1. Pesawat ini merupakan pesawat propeler bermesin tunggal dengan sayap ganda yang dibuat pada tahun 1933. Untuk cockpit-nya, tipe ini merupakan pesawat dengan cockpit tandem dengan dua tempat duduk depan dan belakang tanpa atap.

Peringatan hari Bhakti yang jatuh pada Tanggal 29 Juli mempunyai makna yang sarat dengan nilai-nilai perjuangan. Pada tanggal tersebut, tepatnya 29 Juli 1947, ada dua peristiwa penting yang terjadi dalam sejarah perjuangan Bangsa Indonesia, khususnya TNI Angkatan Udara.

Peristiwa yang pertama adalah keberhasilan Angkatan Udara Republik Indonesia melakukan serangan udara terhadap kedudukan militer Belanda di Semarang, Ambarawa dan Salatiga. Serangan udara ini merupakan serangan udara yang pertama kali dilakukan oleh Angkatan Udara Republik Indonesia.  

Sedangkan peristiwa kedua yang terjadi pada tanggal tersebut adalah tertembaknya pesawat Dakota VT-CLA yang mengakibatkan gugurnya para perintis Angkatan Udara Republik Indonesia, yaitu Komodor Muda Udara Prof. Dr. Abdulrachman Saleh, Komodor Muda Udara A. Adisutjipto dan Opsir Muda Udara Adi Soemarmo Wirjokusumo.

Danlanud menambahkan bahwa untuk mengenang dan mengabadikan peristiwa gugurnya para tokoh dan perintis Angkatan Udara tersebut, sejak tanggal 29 Juli 1955 diperingati sebagai Hari Berkabung AURI.  

Mulai 29 Juli 1962 diubah menjadi Hari Bakti TNI AU yang sejak saat itu seluruh warga TNI AU memperingatinya secara terpusat di Pangkalan Udara Adisutjipto.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement