Kamis 27 Jul 2017 07:33 WIB

MTI: Pelabuhan Harus Ditata Seperti Stasiun-Bandara

Foto aerial suasana arus mudik di Pelabuhan Merak, Banten (ilustrasi)
Foto: ANTARA
Foto aerial suasana arus mudik di Pelabuhan Merak, Banten (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setidjawarno mengatakan pelabuhan sungai, danau, dan penyebrangan sudah harus ditata seperti terminal bus, stasiun, dan bandara untuk memenuhi standar pelayanan minimum.

"Terminal penumpang pelabuhan sungai, danau dan penyeberangan sudah saatnya ditata seperi terminal, stasiun dan bandara. Pelabuhan sebagai awal dan akhir keberangkatan menjadi kunci keselamatan penumpang sebelum naik ke kapal," kata Djoko dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Kamis (27/7).

Djoko mengatakan belum semua pelabuhan sungai, danau, dan penyebrangan yang memiliki standar keamanan, kenyamanan dan keselamatan sesuai SPM Angkutan Penyeberangan dan SPM Angkutan Laut.

"Mestinya, dermaga hanya dilalui oleh petugas atau penumpang yang bertiket. Kendaraan pengantar atau penjemput cukup diparkir di pelataran parkir yang sudah disediakan," ujar dia.

Namun berdasarkan fakta di lapangan, Djoko menjelaskan kawasan dermaga masih bebas dimasuki siapapun bahkan semua jenis kendaraan tanpa ada pengawasan oleh petugas khusus.

Djoko juga menyoroti berat muatan yang tidak dilakukan penimbangan yang bisa membahayakan angkutan penyebrangan apabila kelebihan muatan. Selain itu, juga tidak ada manifes penumpang dan hanya mengandalkan pembelian karcis.

"Kapal-kapalnya juga harus dilengkapi dengan jaket pelampung (life jacket), manifes harus sesuai, kelaikan kapal harus jadi syarat," terang dia.

Djoko berharap kenyamanan, keamanan, dan keselamatan angkutan sungai, danau dan penyeberangan bisa lebih baik lagi. Menurut dia, berbagai pemangku kepentingnya masih memiliki peluang untuk memperbaiki fasilitas tersebut.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement