REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dosen Universitas Sanata Dharma, Romo Haryatmoko menilai, banyak cara yang bisa meningkatkan komunikasi antar umat beragama. Salah satunya, tentu bisa diinisiasi akademisi, terutama kampus-kampus berideologi agama.
"Kita dorong perjumpaan universitas-universitas agama yang lintas agama, perjumpaan informal lebih penting daripada formal," kata Moko di bedah buku Perlindungan Kebebasan Beragama: Potret dan Dinamika Kerja Kepolisian di Daerah, Rabu (26/7).
Mako menegaskan, perjumpaan informal itu yang sebenarnya harus diperbanyak, dibanding perjumpaan formal atas nama lintas agama. Dia menyarankan, pertemuan-pertemuan lintas agama itu menggunakan nama-nama lain, semisal pertandingan sepak bola.
Pasalnya, lanjut Moko, pertemuan informal tanpa melabeli agama itu memiliki analogi permainan yang dapat mencairkan suasana. Ia sendiri telah mengajar di UIN Sunan Kalijaga sejak 1997, dan tidak pernah ada masalah apapun sampai sekarang.
"Itu karena perjumpaan informal sangat penting. Kalau orang sehari-hari hidup serius, permainan itu membebaskan kita dari semua ketakutan dan sanksi sosial," ujar Moko.
Terlebih, banyak kasus-kasus berbau agama yang sebenarnya dimulai dari permasalahan sepele, atau bisnis satu dua orang saja. Menurut Moko, mentalitas instan harus dihilangkan dari pola pikir umat beragama. "Kita harus melatih diri kalau kebaikan tidak didapat semudah itu," kata Moko.