REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Jenderal (Purnawirawan) Wiranto menyebut, Indonesia sekarang sudah cukup dikenal sebagai negara yang dapat melakukan langkah-langkah efektif dalam melawan terorisme. Dia mengatakan cara Indonesia mendapatkan apresiasi karena tidak hanya melaksanakan dari sudut hard approach yaitu dengan langkah-langkah tegas dan keras, tetapi juga dengan cara soft approach atau halus, yakni melalui pembinaan.
"Di hulu kita cegat dengan operasi soft approach, pembinaan dan deradikalisme," kata Wiranto di Jakarta, kemarin.
Menurut Wiranto, pembinaan ini dilakukan umtuk menjadi kekuatan kembali melawan aksi-aksi terorisme. Dia mengatakan, upaya itu yang membuat Indonesia saat ini mendapatkan apresiasi dari negara-negara lain.
"Indonesia termasuk negara sangat maju menanggulangi terorsime. Desember 2016 kita jadi tuan rumah mengundang 36 negara membicarakan bagaimana mengadapi terorisme," kata Wiranto di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Jumat (26/5).
Soft approach atau metode lebih manusiawi dilihat negara lain cukup berhasil diterapkan di Indonesia. Soft approach menurut Wiranto dilakukan pemerintah Indonesia dengan membina teroris setengah sadar yang kemudian dicuci otaknya untuk dikembalikan pemahamannya bahwa dia merupakan warga negara Indonesia (WNI) yang punya hak dan kewajiban seperti warga negara yang lain.
Wiranto mengatakan ternyata soft approach diminati negara lain. Belum banyak negara yang mengimplementasikan metode ini. "Karenanya, pemerintah Indonesia juga sejauh ini telah mendapat banyak undangan ke negara lain untuk menjelaskan pola deradikalisasi. Pola ini dianggap cukup efektif, sebab tidak melulu harus melalui jalan kekerasan," kata Wiranto.