REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Meski identitas pemilik kapal Wanderlust pengangkut 1 ton sabu masih misterius, tetapi polisi sudah menemukan adanya titik terang soal modus pengiriman narkoba tersebut. Menurut Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya, Kombes Nico Afinta kapal itu sudah dimodifikasi spesifikasi bahan bakarnya, dari 20 ton menjadi 90 ton.
"Jadi di bawahnya itu kompartemennya ditambahi," kata Nico di Jakarta, Kamis (27/7).
Nico mengatakan, ruangan-ruangan di dalam kapal itu ditambah sehingga bisa menyimpan bahan bakar lebih banyak. "Kapal panjangnya 27 meter. Jadi untuk menyimpan sabu hanya dua meter dari 27 meter ini," kata dia.
"Sisanya itu masih banyak kompartemen-kompartemen itu mereka modifikasi sehingga bisa memuat bahan bakar dari 20 sampai 90 ton," ujarnya.
Jika bahan bakar hanya 1 ton, maka jarak yang 15 ton menurut Nico hanya bisa menempuh jarak Batam hingga Papua. Batam-Papua jaraknya 1.100 nautical mile, sedang jarak dari Taiwan ke selat Sunda 2.700 nautical mile.
"Kita katakan 3.000 ya, kalau dari Papua 1.100, jadi kalau jarak tempuh 3.000, sama dengan 1.000 kali tiga. Itu sama dengan 15 ton kali 3 jadi 45 ton," katanya menjelaskan.
Sedangkan kapal itu bisa memuat 90 ton bahan bakar. Karena itu, sejak awal kapal sudah dimodifikasi untuk tidak berhenti. Kapal tersebut juga tidak mengisi log book atau buku catatan kejadian komunikasi. Selain itu, AIS (automatic identification system) yang seharusnya dinyalakan sengaja dimatikan. Kapal itu juga mematikan GPS-nya agar tak meninggalkan jejak.
Sebelumnya, polisi bekerja sama dengan Bea Cukai berhasil mengamankan kapal dengan nama Wanderlust di perairan Mapor-Tanjung Berakit, Batam, Sabtu (15/7) sekitar pukul 07.00 WIB. Lima ABK kapal itu yang juga merupakan warga Taiwan juga ditangkap.
Kapal itu merupakan kapal besar pembawa sabu satu ton sebelum sampai di Anyer. Untuk sampai di Anyer, pengangkutan dilanjutkan dengan perahu karet dimana empat pelaku penjemput di Anyer juga telah ditangkap terlebih dahulu.