REPUBLIKA.CO.ID, WARWICK -- Daerah yang dipimpin oleh pemimpin korup akan stagnan, sulit berkembang, bahkan cenderung menurun. Sebaliknya daerah yang dipimpin oleh pemimpin bersih dan progresif berhasil meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia dalam waktu singkat.
Ketua Institut Harkat Negeri, Sudirman Said mengungkapkan hal itu saat menjadi pembicara dalam forum Indonesian Scholars International Convention (ISIC), Rabu (26/7) di University of Warwick, Inggris. Dia mencontohkan Nusa Tenggara Barat, Surabaya, serta Bantaeng adalah contoh daerah maju dalam waktu relatif singkat karena dipimpin oleh pemimpin bersih dan progresif.
Karenanya Sudirman mengingatkan, jika ingin mendapatkan manfaat dari bonus demografi dalam beberapa dekade mendatang, Indonesia perlu membangun kepemimpinan politik yang bersih.
"Kuncinya kepemimpinan politik yang bersih. Karena peran kepemimpinan politik akan menentukan derajat kesehatan, pendidikan, dan perliaku manusia Indonesia," ujar Menteri ESDM periode 2014-2016 ini. "Jangan lupa perilaku pemimpin juga mempengaruhi perilaku seluruh warganya," tutur dia dalam keterangannya kepada Republika.co.id.
Dosen Kepemimpinan PKN STAN menilai, bonus demografi hanya akan menjadi beban kalau kualitas manusia Indonesia tidak mampu bersaing, baik dari sisi kualitas, kapasitas, maupun integritas.
Menurut Sudirman, persiapan menyongsong bonus demografi meliputi aspek besar baik hilir dan hulu. "Di hilir kita bersyukur memiliki teknokrat yang terampil, pengusaha yang terus bekerja keras, profesional di segala bidang, dan talenta-talenta terbaik yang mampu bersaing di tingjat global."
Namun yang mencemaskan, lanjutnya, adalah situasi di hulu yang merupakan pemberi warna kehidupan berbangsa bernegera. Politik dan policy (kebijakan) masih belum memberi ruang bagi talenta terbaik. Figur-figur yang memiliki beban masa lalu dari sisi integritas masih mendominasi landskap (ranah) perpolitikan nasional.
"Pemimpin politik yang bersih, mencerdaskan, dan memberi inspirasi akan membangkitkan seluruh potensi yang dimiliki bangsa ini. Sebaliknya pemimpin korup, yang cenderung merusak tatanan, dan memberikan contoh praktik buruk akan mematikan daya kreasi, etos kerja, dan kemampuan bersaing karena masyarakat akan cenderung apatis," papar Sudirman di hadapan 300 lebih intelektual Indonesia dari berbagai Negara yang menghadiri forum tersebut.
Mengakhiri paparannnya, Sudirman mengajak putra putri terbaik Indonesia, untuk bersiap menyatupadukan seluruh kekuatan meluruskan hal-hal yang salah. "Sudah bukan waktunya lagi mendiskusikan apa yang salah, dan siap yang salah. Inilah menghimpun semua kekuatan yang mau berjuang untuk meluruskan kesalahan-kesalahan yang terjadi," tandasnya.
Forum ISIC - SI dihadiri lebih dari 700 peserta, dari seluruh dunia. Mereka terdiri atas dosen, mahasiswa S3, dan S2 yang datang dari berbagai negara di Eropa, Rusia, Timur Tengah, Afrika, dan AS.
Konferensi ini dibuka Duta Besar Indonesia untuk Inggris, RIzal Sukma. Hadir sebagai panelis antara lain para tokoh dan pemimpin dari Indonesia. Selain Sudirman Said hadirnya juga di antaranya TGB Zainul Majdi (Gubernur NTB), Tririsma Maharani (Walikota Surbaya), dan Handry Satriago (CEO GE indonesia)