REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi menyesalkan kembali jatuhnya korban tewas akibat fanatisme suporter yang berujung pada kekerasan. Ricko Andrian (22) menjadi korban penganiayaan oknum suporter sepak bola yang akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya, Kamis (27/7).
Dedi mengatakan fanatisme di kalangan suporter sepak bola sudah sangat membahayakan. Ia menilai kecintaan akan satu klub kini menjadi ideologi.
Kecintaan berlebihan yang justru diarahkan pada kekerasan, kata Dedi menjadi suatu hal yang berbahaya. Ia bahkan menyebutnya suporter fanatik yang berujung pada kekerasan sama halnya dengan teroris.
"Jadi kekerasan yang dilakukan atas nama keyakinan terhadap kelompok suporter atau terhadap klub itu kategorinya sama kayak terorisme," kata Dedi Mulyadi usai menghadiri dialog kebangsaan Pancasila dan Budaya, di Kampus Universitas Katolik Parahyangan, Kota Bandung, Kamis (27/7).
Dedi mengatakan, sejatinya olahraga harusnya bisa fokus pada pencapaian prestasi bukan anarkisme. Menjunjung tinggi sportivitas menjadi hal yang wajib sehingga tidak memancing keributan terjadi, apalagi sampai harus menelan korban tewas.
Dia menyatakan, pergeseran fanatisme menjadi ideologi itu memang berdampak pada kebencian. Mereka merasa yang bukan kelompoknya boleh disikapi dengan kekerasan. Hal ini sama dengan pemahaman radikalisme di kalamgan teroris.
"Nah, kalau gini kan bahaya. Kita lihat kalau lihat baju Viking harus digebukin. Ada yang baju Persija digebukin. Kan bahaya," ujarnya.
Dia menyarankan, manajerial suporter olahraga di Indonesia harus segera dibenahi. Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi seluruh elemen pemerintahan dan masyarakat.
Ia berharap tak ada lagi kejadian serupa baik oleh suporter olahraga manapun. Semua diminta menjunjung tinggi semangat persatuan dan perdamaian. " Harus digerakan perdamaian," ucapnya.