REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pendiri Pusat Studi Hak Asasi Manusia (Pusham) Universitas Islam Indonesia (UII), Busyro Muqoddas meyakini, semua agama mengajarkan keadilan. Karenanya, esensi agama sudah seharusnya jadi landasan pemimpin-pemimpin membuat satu aturan.
"Masalahnya, bisakah nilai-nilai itu dijadikan paradigma DPR dan pemerintah membuat aturan, tidak seperti sekarang ini," kata Busyro di bedah buku Perlindungan Kebebasan Beragama dari Pusham UII, Rabu (26/7).
Termasuk, lanjut Busyro, seharusnya esensi agama itu dijadikan kurikulum pendidikan di Kepolisian, sampai ke tingkat bintara. Ia merasa, Kepolisian pun harus memiliki paradigma Polmas, yang didasarkan kesuksesan cara itu di DIY.
Sayangnya, ia melihat saat ini mereka yang duduk di DPR maupun pemerintahan, termasuk presiden, begitu terikat dengan partai politik. Karenanya, jika itu berlanjut siapa saja yang berlaga di 2019 nanti tetap tidak bisa mengabaikan parpol.
"Petugas partai saja, jadi paling yang ada nanti kabinet parpol," ujar Ketua PP Muhammadiyah dan mantan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tersebut.
Ia mengingatkan, jika parpol tetap berkuasa kepentingan yang akan menjadi prioritas tentu pemodal, bukan rakyat. Menurut Busyro, mobilitas vertikal itu menghambat putra terbaik muncul tanpa birokrasi parpol yang cuma bisa ditembus dua saja, yaitu hipoteisme atau uang.