REPUBLIKA.CO.ID,Sekutu tertua Australia, Inggris, berjanji akan menantang klaim teritorial Beijing di Laut Cina Selatan. Caranya, dengan mengerahkan dua kapal induk baru melalui perairan yang disengketakan itu dalam sebuah operasi kebebasan navigasi.
Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson membenarkan rencana tersebut seusai pertemuan tingkat tinggi dengan mitranya dari Menlu Julie Bishop di Sydney. Pertemuan juga dihadiri Menteri Pertahanan dari kedua negara.
"Salah satu hal pertama yang akan kami lakukan dengan dua kapal induk kolosal yang baru saja kami buat, yaitu mengerahkan mereka dalam operasi kebebasan navigasi ke wilayah ini untuk membuktikan kepercayaan pada sistem internasional yang berbasis peraturan dan kebebasan. Navigasi melalui perarian laut sangat penting untuk perdagangan dunia," kata Menlu Johnson.
Kepada ABC, Menteri Pertahanan Inggris Sir Michael Fallon menolak memberikan rincian tentang mengerahan kapal induk itu. "Kami belum memerinci pengerahan itu namun, ya, tentunya kapal-kapal ini akan terlihat di Samudera Hindia, Pasifik, bagian dunia ini karena di belahan dunia ini kita melihat ketegangan yang meningkat, tantangan yang meningkat," ujarnya.
Amerika Serikat dan sekutu dekatnya, seperti Australia dan Inggris, telah lama menyatakan keprihatinan atas aktivitas pembangunan pulau yang di lakukan Beijing dan militerisasi salah satu rute pelayaran komersial tersibuk di dunia.
Menhan Marise Payne juga mengisyaratkan Australia dapat memainkan peran bersama Inggris dalam memastikan kebebasan navigasi di Laut Cina Selatan.
"Yang penting hari ini, kami juga membahas perkembangan di wilayah kita, terutama berkenaan dengan kebebasan navigasi dan kebebasan penerbangan yang merupakan isu global. Negara-negara seperti Australia dan Inggris berkepentingan terhadap kebebasan global tersebut," kata Menhan Payne.
"Hari ini kami sepakat mengidentifikasi peluang jika memungkinkan melakukan kegiatan kooperatif di wilayah ini jika armada kami berada di daerah tersebut di waktu bersamaan," tambahnya.
ABC pekan lalu mengungkapkan bahwa Angkatan Bersenjata Australia telah mendeteksi sebuah kapal mata-mata Cina yang berada dekat ke pantai Queensland saat digelarnya latihan militer bersama AS, yang dikenal sebagai Talisman Sabre.
Pada hari Kamis, Panglima Komando Armada Pasifik AS kepada ABC menegaskan pihaknya tidak terganggu oleh tindakan Cina selama latihan, namun berharap hal itu akan menekankan Beijing akan perlunya mematuhi Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut.
"Tampaknya ada dua pendekatan berbeda yang diambil di Cina. Mereka mengungkapkan ketersinggungan besar pada operasi militer Amerika Serikat yang dilakukan di Zona Ekonomi Eksklusif mereka," kata Admiral Scott Swift.
Diterbitkan Jumat 28 Juli 2017 oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC News di sini.