Jumat 28 Jul 2017 17:20 WIB

Laos Tawarkan Kerja Sama dengan Pupuk Kujang Cikampek

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Nidia Zuraya
Menlu Republik Laos Saleumxay Kommasith (kedua dari kiri) didampingi Dirut PT Pupuk Kujang Cikampek Nugraha Budi Eka Irianto melihat maket pabrik Kujang di Cikampek, Karawang, Jumat (28/7).
Foto: Republika/Ita Nina Winarsih
Menlu Republik Laos Saleumxay Kommasith (kedua dari kiri) didampingi Dirut PT Pupuk Kujang Cikampek Nugraha Budi Eka Irianto melihat maket pabrik Kujang di Cikampek, Karawang, Jumat (28/7).

REPUBLIKA.CO.ID, CIKAMPEK -- Pemerintah Republik Laos, tertarik kerja sama dengan PT Pupuk Kujang Cikampek (PKC). Kerja sama itu, terkait dengan bahan baku pupuk jenis KCL. Serta, PKC bisa ekspansi pupuk nonsubsidi ke negara yang dibelah Sungai Mekong tersebut.

Menteri Luar Negeri Republik Laos, Saleumxay Kommasith, mengatakan, kedatangan pihaknya kali ini ke PT Pupuk Kujang Cikampek, merupakan kunjungan balasan. Sebelumnya, pihak PKC terlerbih dulu sudah mendatangi Laos, untuk melihat potensi penambangan potasium yang merupakan bahan baku KCL.

"Kami punya KCL yang bisa dieksplor oleh perusahaan pupuk," ujarnya, disela-sela kunjungan ke pabrik Kujang, di Cikampek, Jumat (28/7).

Selain itu, pihaknya juga punya potensi lain. Seperti, lahan pertanian. Potensi ini, bisa dikerjasamakan secara bilateral serta saling menguntungkan. Mengingat, saat ini pupuk di Republik Laos masih kekurangan.

Dengan adanya kerja sama ini, diharapkan pupuk dari Indonesia bisa membantu meningkatkan hasil produksi pertanian Laos. "Kami welcomed dengan perusahaan pupuk asal Indonesia," ujarnya.

Sementara itu, Direktur Utama PT Pupuk Kujang Cikampek, Nugraha Budi Eka Irianto, mengatakan, kerja sama ini masih penjajakan. Banyak hal yang bisa disinergikan. Terutama, mengenai KCL yang merupakan bahan baku untuk pupuk.

Selama ini, KCL yang dibutuhkan Kujang merupakan impor dari sejumlah negara. Seperti, Kanada, Rusia, Jerman dan Yordania. Kebutuhan KCL untuk Kujang mencapai 60 ribu ton per tahun.

Sedangkan, secara nasional kebutuhan KCL ini mencapai satu juta ton per tahun."Kalau Laos punya potensi, kenapa tidak kita eksplor. Apalagi, jarak Laos dengan Indonesia dekat, jadi bisa meminimalisasi biaya produksi," ujarnya.

Selain itu, pertanian di Laos juga bisa jadi market baru bagi PKC. Terutama, bagi produk-produk Kujang nonsubsidi, seperti NPK dan pupuk cair.

Mengingat, Laos merupakan negara yang luasnya sekitar tiga perempatnya Pulau Sumatera. Bahkan, penduduknya saja antara enam sampai tujuh juta jiwa.Jadi, bila produk Kujang ekspansi ke negara ini sangat memungkinkan.

Tak hanya itu, peluang untuk membangun pabrik baru di negara ini juga sangat besar. Laos memiliki tambang potasium. Serta, negaranya di belah dengan Sungai Mekong. Sehingga, ketersediaan airnya sangat mencukupi.

"Membuat pabrik baru di Laos sangat memungkinkan. Apalagi, Pupuk Indonesia punya anak perusahaan yang khusus bergerak di sektor pengembangan pabrik," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement