REPUBLIKA.CO.ID, PATI -- Sejumlah petani garam di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, menyatakan karena masih sering hujan, maka tidak bisa berproduksi untuk ikut menikmati kenaikan harga komoditas tersebut.
Seorang petani garam asal Kecamatan Batangan, Kabupaten Pati, Suparwi di Pati, Jumat (28/7), mengatakan, lahan tambak garam miliknya seluas tiga hektare belum bisa digunakan untuk memproduksi garam, karena masih sering hujan. Padahal, kata dia, harga jual garam saat ini mencapai Rp 3.700, sedangkan tahun lalu hanya Rp 550 per kilogram.
Sementara saat ini, kata dia, ketika harga melonjak, petani garam tidak memiliki stok, karena lahannya tidak bisa diolah. Sarwo, juga petani garam, menyatakan bahwa lahan tambak garamnya hingga kini belum bisa digunakan, karena cuacan belum mendukung.
Untuk mengisi waktu luang sambil menunggu datangnya musim kemarau, dia mencoba, memelihara udang, namun tidak membuahkan hasil. "Ternyata, cuaca yang tidak menentu turut memengaruhi pertumbuhan udang, sehingga tidak bisa besar karena stres," ujarnya.
Ketika cuaca yang tidak menentu seperti sekarang, kata dia, petani garam sebetulnya masih bisa berproduksi dengan menggunakan media geoisolator atau plastik pelapis tambak garam. Informasinya, kata dia, dengan cara seperti itu masa panennya lebih pendek, dibandingkan menggunakan media tanah.
"Kami berharap, pemerintah memberi bantuan plastik sebagai alas tambak," ujarnya.
Ia mengakui, plastik tebal masih langka di Kecamatan Batangan, karena harganya mencapai jutaan dan belum dijual bebas di masyarakat.
Berdasarkan data Dinas Kelautan Perikanan Pati, produksi garam rakyat di Kabupaten Pati tahun 2016 sebanyak 366 ribu ton. Jumlah tersebut tergolong lebih rendah dari tingkat produksi tahun 2015 yang mencapai 381.704 ton.
Produksi garam di Kabupaten Pati masih menggunakan cara sederhana, sehingga untuk meningkatkan produktivitasnya membutuhkan peralatan modern, termasuk dalam proses pemadatan dan pengemasannya. Tempat usaha yang melakukan pengemasan garam di Kabupaten Pati, kini berburu garam hingga ke Sulawesi, Madura serta garam impor dari India dan Australia.