Sabtu 29 Jul 2017 00:54 WIB

Atasi Penurunan Muka Tanah, Kemenpupera Gandeng Jepang

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Ilham Tirta
air tanah
air tanah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera) dan Japan International Cooperation Agency (JICA) melakukan kerja sama dalam rangka mengatasi penurunan tanah yang terjadi di Jakarta. Sebab, laju penurunan berdampak pada banjir yang kerap mengepung Jakarta.

Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kemenpupera Imam Santoso melalui siaran resmi mengatakan, pihaknya menggandeng Jepang karena negara tersebut cukup pengalaman dalam mengatasi penurunan permukaan tanah lebih dari 4 meter di Tokyo. "Penurunan tanah sudah tercatat semenjak tahun 1920-an dan baru dapat dihentikan sekitar tahun 1970," katanya usai penandatanganan Record of Discussion (RoD) The Project for Promoting Countermeasures Against Land Subsidence in Jakarta, Jumat (28/7).

Ia melanjutkan, langkah yang dilakukan Jepang saat itu adalah menerapkan peraturan tentang pengamanan sumber air alternatif untuk industri dan peraturan tentang penyedotan air tanah. Hingga kini, penurunan tanah di Tokyo nilainya mendekati nol.

Sementara, berdasarkan catatan Direktorat Jenderal (Ditjen) Sumber Daya Air, Jakarta mengalami penurunan muka air tanah sebesar 5-12 sentimeter per tahun. Jika laju penurunan muka tanah di Jakarta terus berlangsung, tak pelak membuat Jakarta akan semakin rentan tergenang air pasang dan banjir. Dampak lainnya adalah meningkatnya risiko kerusakan pada infrastruktur jalan dan jembatan, degradasi bangunan yang diikuti penurunan nilai properti.

Menurut Imam, tiga hal penyebab turunnya permukaan tanah yaitu beban bangunan gedung, pemadatan tanah dan pengambilan air tanah yang berlebihan. Khusus untuk Jakarta, penurunan lebih banyak disebabkan oleh penggunaan air tanah yang berlebihan dan bangunan gedung tinggi.

"Masih banyak warga Jakarta yang belum beralih menggunakan air PAM, sehingga berdampak pada penurunan tanah," ujar dia.

Berdasarkan monitoring pada patok penanda di daerah Pluit, Jakarta Utara, penurunan muka tanah di Jakarta tercatat sebesar 5-12 sentimetr per tahun. Diperkirakan dalam waktu 10 tahun ke depan penurunan dimaksud mencapai 1,2 meter.

Sementara itu, Senior Representative JICA Indonesia OfficeTetsuya Harada mengungkapkan, selain mampu mengatasi masalah penurunan muka tanah di Tokyo, Jepang juga telah berhasil membantu Bangkok, Thailand dengan persoalan yang sama. "Sekarang kami mau membantu Pemerintah Indonesia," kata dia.

September nanti, pihaknya akan mendatangkan para konsultan dan ahli teknik dari Tokyo. Kerja sama ini akan berlangsung selama tiga tahun dengan pembiayaan berupa grant dari JICA untuk kegiatan konsultansi dan pendampingan.

Jepang juga akan turut membantu pemerintah mengkaji dan memberikan konsultasi terkait dengan peraturan-peraturan, monitoring wilayah di Jakarta yang mengalami penurunan permukaan tanah yang parah hingga penerapan teknologi yang tepat. Nantinya, kata dia, kajian tersebut dapat dipakai sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan oleh Kemenpupera dan kementerian/lembaga terkait, serta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement