REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Presiden Roma James Pallotta meminta maaf kalau dia memiliki informasi yang tidak akurat tentang pengambilalihan AC Milan dari pengusaha asal Cina, Yonghong Li. Pallotta menimbulkan kegemparan setelah menyebut Diavolo Rosso telah kehilangan akal sehat dalam bursa transfer musim ini.
Milan sudah menghabiskan uang 210 juta euro (Rp 3,27 triliun) dalam bursa transfer musim panas ini setelah pengambilalihan oleh Yonghong Li. Menurut Pallotta, uang yang digunakan Diavolo Rosso berasal dari utang.
Ia menerangkan Yonghong Li tidak punya uang ketika mengakuisisi klub. Dia harus meminjam hampir 300 juta euro (Rp 4,67 triliun) dari beberapa orang yang dikenal oleh Pallotta di London, Inggris. Pinjaman itu dengan tingkat bunga yang cukup tinggi.
CEO Rossoneri Marco Fassone membalas pernyataan Pallotta dengan menyataan keuangan Milan dalam kondisi sehat. Selanjutnya, Pallota pun meminta maaf atas pernyataannya.
"Saya minta maaf kalau saya memiliki informasi yang tidak tepat," kata Pallotta dalam sebuah pernyataan, dilansir dari Football Italia, Sabtu (29/7).
Pengusaha asal Amerika Serikat itu menyatakan sangat peduli dengan sepak bola Italia. Ia juga ingin Serie A Italia bisa kembali ke puncak. Dalam hal itu, ia berharap semua klub berkontribusi pada Liga yang lebih kuat dan lebih berkelanjutan seperti yang dilakukan Roma.
"Saya berharap yang terbaik untuk Milan. Semoga sukses bagi pemilik baru mereka. Saya menantikan kerja sama dengan pemilik baru Milan demi kebaikan Serie A," kata dia.
Fassone sempat membandingkan kondisi keuangan Milan dengan Roma. Dia menyatakan kondisi finansial Milan sangat baik sedangkan utang Giallorossi dapat dilihat oleh semua orang.
"Saya tidak tahu bagaimana Pallotta bisa berpikir bahwa pendapat kami setara dengan kewajiban membayar gaji," ujar Fassone.
Fassone mengatakan Milan sudah punya rencana terkait manajemen keuangan. Dia menambahkan mewarisi sebuah skuat dengan gaji yang jauh di bawah pasar.
"Selain itu, tingkat utang klub mencapai 120 juta euro (Rp 18 miliar), lebih baik daripada Roma, yang karena terdaftar di bursa saham, membuat neraca mereka dipublikasikan," kata Fassone.