REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Presiden Cina Xi Jinping memimpin parade untuk memperingati 90 tahun berdirinya Tentara Pembebasan Rakyat. Pasukan bersenjata China, yang merupakan terbesar di dunia, saat ini berada di tengah-tengah program modernisasi yang ambisius, mulai dari restrukturisasi hingga pengurangan pasukan serta penanaman modal dalam peningkatan teknologi dan peralatan, seperti mengakuisisi pesawat siluman dan kapal induk.
Xi memeriksa pasukan dari dalam sebuah jip di markas pelatihan Zhurihe, China utara. Menyusuri barisan panjang yang turut dilengkapi oleh sejumlah tank, peluncur peluru kendali dan kendaraan militer lainnya, Xi, dengan memakai seragam militer, menyapa ribuan tentara.
Kantor berita Xinhua mengatakan, ini adalah pertama kalinya China memperingati Hari Angkatan Bersenjata, yang secara resmi jatuh pada 1 Agustus, dengan menyelenggarakan parade militer dalam skala besar sejak revolusi Komunis pada 1949.
Militer China saat ini lebih cekatan dan menggunakan teknologi tinggi, agar kinerja para anggota lebih kompak dan responsif, bukan hanya mengandalkan kekuatan angka, kata Xi pekan lalu.
China belum terlibat dalam suatu pertempuran pada beberapa dasawarsa belakangan ini, dan pemerintah bersikeras tidak memiliki niat untuk bermusuhan. Mereka hanya membutuhkan kemampuan untuk membela kedaulatan negera, yang saat ini menjadi ekonomi terbesar kedua di dunia.
Namun China telah membuat kegelisahan di Asia dan di seluruh dunia, dengan sikapnya yang semakin tegas di kawasan Laut Timur dan Laut Cina Selatan, serta rencana modernisasi militernya.
Reformasi militer menimbulkan perdebatan, khususnya mengenai pengurangan 300.000 pasukan yang diumumkan Xi pada 2015, saat penyelenggaraan parade militer besar-besaran di Beijing pusat, dalam peringatan 70 tahun berakhirnya Perang Dunia Kedua.