REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Koordinator Kopertis Wilayah IV Jawa Barat dan Banten Prof Uman Suherman A.S. MPd memberikan keynote speech Seminar Nasional IT, Ethics, Regulation and Cyber Law yang digelar di Hotel Asrilia Bandung, Jawa Barat, Selasa (25/7).
Seminar yang mengusung tema “Implementasi UU ITE Untuk Mencegah Hoax di Media Sosial Dalam Mewujudkan Keadilan dan Ketertiban Umum” itu diadakan oleh Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (PPPM) Universitas BSI, PPPM AMIK BSI Bandung dan Polda Jawa Barat.
Seminar cyber law ini dihadiri 96 peserta. Mereka terdiri dari dosen, guru, mahasiswa dan polisi.
Dalam kesemparan tersebut, Prof Uman berpesan agar para dosen terus meningkatkan kualitasnya. “Karena bagaimanapun dari sekian standar nasional pendidikan, dosen menjadi sutradara dan penulis skenario,” ujar Prof Uman.
Sebetulnya, kata Uman, mahasiswa dibawa ke mana tergantung dosen. Sebab dosen bagaimanapun sebagai raja. Ia diberikan apa pun oleh rektornya, oleh dekannya, pada saat dia di kelas, dia adalah penguasa penuh. Cukup pintu ditutup, apa pun dilakukan tergantung pada dosen.
“Jadi kalau dosen tidak berkualitas dan tidak punya sikap untuk membangun bangsa ini, semuanya berantakan, walaupun ia memiliki kualifikasi akademik yang sangat bagus,” tuturnya.
Uman menegaskan, seorang dosen perlu komitmen, integritas dan sebuah kesadaran, bahwa apa yang dia lakukan akan berpengaruh pada prilaku dan karakter anak didik. “Dalam dunia pendidikan, kita tidak hanya membangun ketrampilan yang mengacu kepada profesionalisme, tapi juga harus membangun sebuah karakter,” tegasnya.
Dia mengemukakan, di negeri ini yang pintar banyak, tapi yang koruptor juga banyak. Artinya sikap dan kepribadian dia yang tidak mampu mengendalikan diri, itulah yang membuat orang-orang korupsi.
“Secara akademik bagus, dilihat orang bagus. Tapi orang sering terkesima dengan apa yan dia lakukan, tapi tidak tahu apa yang dia pikirkan,” tuturnya.
Uman berpesan kepada para dosen agar selalu berusaha meningkatkan kualitasnya, khususnya kualifikasi akademik/ gelar akademiknya. “Jangan sampai dosen tenggelam dalam kemajuan mahasiswanya. Artinya, dosen harus terus meningkatkan ilmu dan ketrampilannya, agar tidak disalip oleh mahasiswanya,” ujarnya.
Uman mendorong para dosen yang sedang menempuh pendidikan S2 maupun S3 agar bersungguh-sungguh dan bekerja keras menyelesaikan pendidikannya sebaik mungkin. Begitu pula, kalau sudah menjadi doktor, segera mengejar kualifikasi guru besar. Terkait Universitas BSI, Uman menegaskan, “Jabatan fungsional, tidak perlu civitas akademika Universitas BSI bicara penelitian dan pengabdian. Yang penting jadi guru besar, itu cukup,” papar Uman.
Ha itu, kata Uman, sangat penting. Sebab, bagaimanapun bagi mahasiswa, dosen itu adalah standar perilaku sukses masa depan mereka. “Dosen tunjukkan sukses terlebih dahulu, mahasiswa akan mencontohnya,” tutur Uman.
Semangat dosen untuk terus belajar ini, kata Uman, sejalan dengan ajaran Islam. “Belajarlah dari kiai. Kiai itu selalu mengajar, tapi selalu dia menunjukkan (mencontohkan) dan dia mendahului. Yang saya alami, kiai itu pasti menyuruh shalat malam. Dan dia yang membangunkan, dia yang memimpin shalat, dia yang memimpin doa. Yang mengajak siapa? Dia. Yang lebih dulu bangun siapa? Dia,” paparnya.
Uman berharap para dosen mencontoh kiai. “Saya ingin dosen-dosen seperti itu, karena seberapa banyak pun yang kita katakan, mahasiswa tidak akan menuruti manakala mereka tidak melihat (bukti) apa yang kita katakan,” tegas Uman Suherman.