Senin 31 Jul 2017 17:52 WIB

Kurban Sinyalkan Indonesia Harus Mandiri Pangan

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agus Yulianto
Pemotongan hewan kurban (Ilustrasi)
Foto: maspril aries
Pemotongan hewan kurban (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari raya Idul Adha (kurban) tak hanya jadi perayaan tahunan umat Islam. Bila dilihat dari sisi produktif, kurban menjadi sinyal Indonesia harus mandiri pangan.

Peneliti ekonomi syariah STEI SEBI Azis Budi Setiawan menjelaskan, secara mendasar semangat kurban adalah kebaikan publik untuk memerhatikan kelompok marginal, bahkan pemberdayaan. Kalau selama ini kurban hanya di lihat sisi konsumtif, kurban juga harus dilihat sisi produktif.

Dari survei pertanian yang dilakukan BPS pada 2013, ada 27 juta rumah tangga petani. Sudah jamak diketahui pula bahwa banyak rumah tangga petani yang miskin dan termarginalkan. Harusnya kurban bisa mengangkat dan memberdayakan mereka, apalagi ini momen tahunan.

Budi mengapresiasi lembaga pemberdayaan yang sudah ke arah sana. Mereka tidak hanya mengumpulkan dana kurban dari donatur, tapi menyiapkan pengembangannya di hulu.

Model pengembangan seperti itu harus diperluas. Kurban merupakan stimulan agar Indonesia sadar ada pesan lebih besar dibaliknya. "Kata Yusuf Qardhawi, bangsa bermartabat adalah mampu memenuhi kebutuhannya," kata Azis, Senin (31/7).

Apalagi, kurban dirayakan bersamaan di seluruh dunia. Dam haji atau kafarat harus dibayar memakai kurban. "Kebutuhan dan potensinya besar. Tapi pasokan hewannya malah dari Australia dan Selandia Baru. Maka peternak Indonesia harus jadi perhatian," kata Azis.

Salah satu cara mengangkat nasib petani adalah mengintegrasikan usaha tani dengan peternakan. Rantai ekonomi pertanian dekat dengan peternakan. Tinggal bagaimana semua elemen masyarakat bisa terlibat. Harus ada kebijakan pemangku kepentingan untuk ke sana.

"Kurban harus daging karena ada keperluan perbaikan gizi. Ketika didesain baik, efeknya akan baik. Apalagi tiap tahun pasarnya ada," ucap Azis.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement