REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan memastikan keterlibatan bank swasta dalam konsorsium yang membiayai Light Rail Transit Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (LRT Jabodebek). Menurutnya, tingkat pengembalian investasi proyek (project IRR/Internal Rate and Return) LRT Jabodebek diupayakan agar mencapai dua digit.
"Memang konsorsiumnya tidak jadi hanya bank pemerintah karena 'project IRR'-nya bagus," ujarnya di Jakarta, Senin (31/7).
Luhut menjelaskan tingkat pengembalian yang besar itu dihasilkan dari kajian dan konsultasi Pricewaterhouse Coopers (PwC) setelah melakukan evaluasi pendanaan, subsidi hingga teknologi yang digunakan.
Pendanaan proyek diraih dari kredit perbankan dan investasi PT KAI (Persero) dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk melalui Penyertaan Modal Negara (PMN). Dari sisi teknologi, penggunaan sistem persinyalan "moving block" dipilih karena dapat mengangkut lebih banyak penumpang.
Sedangkan subsidi yang diberikan dalam LRT Jabodebek, lanjut Luhut, juga tidak diberikan langsung dalam tiket per orang, melainkan dari selisih kebutuhan operasional dan pendapatan.
"Dan itu membuatnya jadi bagus," ucapnya.
Mantan Menko Polhukam itu menuturkan proyek LRT Jabodebek dengan skema pembiayaan seperti itu bisa jadi model untuk proyek serupa di wilayah lain. "Ini jadi peluang untuk 'showcase' (memamerkan) bahwa ini bisa dipakai di LRT di Bandung, Surabaya atau Medan. Jadi tidak perlu pakai APBN terlalu banyak," jelasnya.
Terpisah, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan ada dua perbankan swasta yakni BCA dan CIMB Niaga yang berminat untuk masuk dalam konsorsium pembiayaan LRT Jabodebek.
"Saya dapat keterangan kalau enggak salah BCA sudah mau, dan satu lagi Bank CIMB Niaga. Pemerintah sudah ajak bank swasta," katanya.