REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Universitas Darussalam (Unida) Gontor terus menjalin hubungan dengan universitas di manca Negara. Kerja sama dilakukan pada saat kedua pihak sama-sama menghadiri Vice Chancellors’ Forum on Universities in the Islamic World di Ankara Turki pada akhir bulan lalu.
"Unida mengirim dua utusan, saya dan Rektor Prof Amal Fathullah, ujar Wakil Rektor I Unida Dr Hamid Fahmy Zarkasyi dalam keterangan tertulis, Selasa (1/8).
Beberapa universitas yang bekerja sama dengan Unida antara lain adalah Marmara Istanbul yang dikenal sebagai tempat Presiden Erdogan kuliah, Erbakan Konya, Istanbul Zaim, dan The Istanbul Foundation for Science and Culture yang dikenal dengan Yayasan Nursi. Lainnya adalah International University of Kyrgyzstan di Rusia.
Kerja sama akan mencakup bidang-bidang yang luas. Di antara adalah riset bersama, pertukaran mahasiswa, pertukaran staff pengajar dan administrasi, dan banyak lagi. "Semuanya bertujuan untuk meningkatkan akademik," kata Hamid.
Penanda tanganan MoU dan MoA adalah awal dari kesepakatan dan perlu direalisasi lebih lanjut. Hingga kini UNIDA telah menandatangani nota kesepahaman dengan lebih dari 40 universitas dari dalam dan luar negeri.
Beberapa universitas telah berkolaborasi dengan Unida, di antaranya adalah Universitas Bosporus (Bogazici), universitas terbaik di Turkey; University of Istanbul, universitas tertua di Turkey; Istanbul Waqif University dan Baku State University, Azerbaijan. Universitas-universtias tersebut masih mengkaji kemungkian program yang dapat dilakukan bersama.
Pidato Erdogan
Acara yang bertema "Forming The Higher Education Area in the Islamic World" ini diikuti 350 universitas dari 75 negara dan dibuka oleh Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan di istananya. Dalam pembukaan itu ia menyatakan, “Dunia Islam saat ini mengalami berbagai persoalan dan perpecahan. Universitas-universitas di negera-negara Islam mempunyai peran dan kapasitas untuk memberikan solusi bagi persoalan-persoalan tersebut."
Direktur Majelis Pendidikan Tinggi Turkey Prof.Dr. M.A. Yekta Sarac dalam pidatonya menyatakanajelis yang dipimpinnnya mempunyai motto “Stronger Turkey”. Secara implisit bermakna untuk menjadi kuat kita harus tahu masalah dan bagaimana menyelesaikannya.
Dengan meniru motto stronger Turkey, lanjutnya, muncul kesadaran akan pentingnya peran sentral universitas dalam menggapai tujuan pembangunan negara-negara Islam pada umumnya.
"Maka dari itu, kita harus mempunyai langkah yang kuat (stronger step) untuk meningkatkan peran sentral universitas agar lebih efektif lagi dalam menyiapkan generasi muda," kata Yekta.n erdy nasrul