REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Dua pemimpin oposisi Venezuela, Leopoldo Lopez dan Antonio Ledezma ditangkap oleh pihak berwenang, Selasa (1/8). Keduanya kembali berada dalam penahanan setelah pada 2014 lalu diduga menyebar hasutan yang menimbulkan kekerasan selama demonstrasi antipemerintah.
Lopez sebelumnya menghabiskan waktu tiga tahun di penjara. Hingga ia kemudian dipindahkan dalam tahanan rumah pada 8 Juli. Demikian halnya pada Ledezma, yang lebih dulu menjadi tahanan rumah pada April 2015 karena alasan kesehatan.
Selama berada dalam tahanan rumah, kedua pemimpin oposisi menyampaikan video rekaman kepada pendukung mereka. Di sana, Lopez dan Ledezma mengatakan majelis nasional baru hanya akan melakukan kecurangan dan kemungkinan besar menciptakan tirani yang akan dialami oleh Venezuela.
Menurut laporan istri Lopez, Lilian Tintori suaminya ditangkap pada dini hari sekitar pukul 12.27 waktu setempat. Dari sebuah rekaman yang beredar di jejaring sosial Twitter, ia nampaknya dibawa oleh anggota intelijen Venezuela.
Sementara, Ledezma ditangkap diwaktu yang berdekatan dan terlihat masih menggunakan baju tidur. Sang putri, Vanessa memperlihatkan video yang menunjukkan ayahnya dibawa pergi oleh anggota intelijen.
Penangkapan keduanya kembali dilakukan hanya dua hari setelah pemungutan suara untuk menentukan majelis konstitusional Venezuela dilakukan. Pemilihan ini menimbulkan kontroversi dari para pengunjuk rasa antipemerintah menimbulkan bentrokan yang membuat setidaknya 10 orang tewas.
Pemilihan majelis nasional baru bertujuan membuat konstitusi dan membubarkan institusi negara tersebut. Menurut Presiden Venezuela Nicolas Maduro langkah tersebut akan menciptakan perdamaian dan mendorong dialog yang pada akhirnya menyatukan seluruh masyarakat, yang selama ini dinilai sangat terpecah.
Namun, oposisi melihat konstitusi baru hanya akan menjadi pelopor kediktatoran baru bagi pemerintahan Maduro. Presiden dapat memaksimalkan kekuasaannya dan mengesampingkan legislatif yang dikuasai pihak mereka.