Selasa 01 Aug 2017 18:47 WIB

Pengembangan Ekowisata Taman Nasional Kelimutu Belum Optimal

Danau Kelimutu. (Republika/Prayogi)
Foto: Republika/Prayogi
Danau Kelimutu. (Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Taman Nasional Kelimutu merupakan salah satu bentuk ekowisata yang dikembangkan melalui Community Based Tourism (CBT). Sayangnya, pengelolaan yang belum dilakukan secara optimal menjadikan perkembangan kawasan ini dirasa stagnan.

"Ekowisatanya tidak ada perubahan, perbaikan atau peningkatan," kata Josef Alfonsius Gadi Djou, dosen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Flores, saat ujian terbuka Program Doktor Prodi Kajian Pariwisata Sekolah Pascasarjana UGM, Senin (31/7).

Ia menuturkan, bentuk ekowisata CBT yang terwujud di Kelimutu belum mencerminkan bentuk ekowisata yang sejalan prinsip-prinsip ekowisata. Akibatnya, bentuk ekowisata yang ada hanya stagnan dan belum berkembang secara optimal.

Bentuk ekowisata sendiri muncul akibat tata kelola yang masih memakai mekanisme partisipasi simbolik, dan melalaikan prinsip-prinsip ekowisata dan pembangunan berkelanjutan. Itu menjadikan berbagai sajian atraksi tidak mengalami perkembangan baik.

"Seluruh sajian atraksi baik alam, budaya atau buatan, serta kondisi aksesibilitas dan amenitas yang tersedia tidak berkembang membaik, tapi hanya biasa-biasa saja seperti sediakala," ujar Josef.

Josef berpendapat, kondisi itu membawwa dampak lanjut terhadap bentuk respons yang diberikan wisatawan. Sebagian besar merasa belum puas dengan sajian obyek atraksi yang disuguhkan, lantaran terlihat kurang terawat, usang dan terbengkalai.

Banyak wisatawan kecewa terhadap kondisi fasilitas tambahan yang tidak terawat, kurang bersih dan ditumbuhi tanaman liar. Ini semakin memperkuat pandangan jika prinsip-prinsip ekowisata, CBT dan pembangunan berkelanutan belum diterapkan.

Untuk itu, ia menyarankan perlunya memperkuat keterlibatan masyarakat lokal dalam perencanaan dan pengelolaan ekowisata. Selain itu, pengelola Kelimutu diharap segera mengimplementasi perencanaan parisipatif dengan benar. "Tentu dengan melibatkan masyarakat dalam perawatan dan pemeliharaan obyek atraksi," kata Josef.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement