REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan bahwa perlu ada berbagai akselerasi dari semua pihak guna mengatasi kelangkaan garam di masyarakat.
"Untuk mengatasi kelangkaan garam saat ini, tindakan tercepat adalah impor, tapi jangka panjangnya kita melakukan akselerasi seperti percepatan pendirian pabrik, kita harus adaptif, kumpulkan para insinyur bisa tidak menerapkan teknologi pengganti sinar matahari," katanya di Semarang, Selasa (1/8).
Menurut Ganjar, kelangkaan garam secara sosiologis berpengaruh pada masyarakat serta sektor industri yang membutuhkan garam, meskipun tidak berdampak besar pada inflasi.
"Selain itu perlu dilakukan verifikasi lapangan agar tidak berkembang 'image' negatif di masyarakat, terutama menyangkut adanya spekulan dalam kebijakan impor garam," ujar politikus PDI Perjuangan itu.
Ganjar menjelaskan bahwa kelangkaan pasokan garam sejak beberapa pekan terakhir ini terjadi akibat produktivitas garam rakyat anjlok. Penurunan tersebut dipengaruhi faktor cuaca, jumlah petani garam semakin berkurang, serta teknologi pengolahan garam belum mendukung.
"Sepanjang beberapa bulan terakhir kemarau basah, kalau hari ini yang akan didorong adalah percepatan pendirian pabrik garam, mencari teknologi dan rekayasa-rekayasa agar kita tidak bergantung pada cuaca (dalam memproduksi garam)," katanya.
Mantan anggota DPR RI itu menyebutkan, produktivitas garam rakyat Jateng merupakan nomor dua setelah Provinsi Jawa Timur, namun belum mampu berkontribusi untuk pemenuhan kebutuhan nasional.
"Oleh karena itu, pemerintah harus segera mengambil langkah atau kebijakan guna mengatasi persoalan tesebut, termasuk menyatukan akademisi, pelaku bisnis, dan pemerintah," ujarnya.
Ketiga komponen itu, kata Ganjar, juga diharapkan dapat bergerak cepat mewujudkan kedaulatan pangan khususnya komoditas garam.