REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG KIDUL -- Sejumlah pedagang ikan asin di Pasar Argosari, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta mengaku mengalami penurunan omzet berkisar 20-30 persen. Hal tersebut seiring meningkatkan harga ikan asin akibat kelangkaan garam.
Pedagang berharap agar pemerintah langsung turun mengatasi hal tersebut, sebab jika dibiarkan bukan tidak mungkin para pedagang akan menutup usaha mereka karena melambungnya harga ikan asin yang ada.
Seorang pedagang ikan asin, Sutini di Gunung Kidul, Selasa, mengatakan semenjak harga garam mengalami kenaikan, harga ikan asin yang berada di lapak pedagang juga mengalami kenaikan berkisar antara Rp500 hingga Rp 1000 per bungkus.
"Ada peningkatan harga dari suplier," katanya.
Ia mengatakan harga ikan asin ukuran kecil yang berisi tiga ekor ikan yang semula dijual dengan harga Rp2.500 kini dijual dengan harga Rp3.500. Sedangkan harga ikan asin ukuran sedang berisi tiga ekor ikan saat ini dijual dengan harga Rp6.000 per dari yang semula hanya Rp5.000.
"Ikan asin berisi dua ekor sejak beberapa minggu terakhir sudah tidak dijual karena mahalnya harga yang ada," katanya.
Sutini mengaku merugi akibat naiknya harga yang ada, pasalnya omzet dagangannya turun sekitar 20-30 persen setiap harinya karena menghilangnya pembeli. Pada hari biasa dirinya mampu menjual sebanyak 1.000 besek (kotak bambu), namun semenjak harga ikan naik hanya mampu menjual ikan sebanyak 500-700 besek setiap harinya.
"Pembeli terus menurun," ujarnya.
Pembeli ikan asin Lutfah Dwi Febriani harus mengeluarkan uang ekstra untuk membeli ikan yang ada. Untuk menghemat pengeluaran, para pembeli mengaku terpaksa membatasi jumlah pembelian agar pengeluaran mereka tidak membengkak.
"Semoga tidak terus naik," ucapnya.