REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menjelaskan cara yang baik dilakukan untuk mengantisipasi cadangan minyak Indonesia yang diperkirakan tidak dapat lagi memproduksi minyak dalam 12 tahun mendatang.
"Cadangan minyak kita 3,6 miliar barel, kalau produksi kita konstan di 800.000 barel per hari maka cadangan kita tidak akan berproduksi lagi dalam 12 tahun. Lalu solusinya bagaimana? Solusinya ada jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang," ujar Wakil Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral, Arcandra Tahar di Jakarta, Selasa.
Program jangka pendek yang dapat dilakukan antara lain dengan mengoptimalkan teknologi-teknologi yang bisa meningkatkan produksi. Misalnya Underbalanced drilling, pemasangan artificial life, submersible pump atau fracking.
Menurut dia, hal tersebut merupakan teknologi jangka pendek yang dapat digunakan untuk menambah produksi.
Selanjutnya, untuk jangka menengah, ada enhanced oil recovery (EOR) dan jangka panjangnya itu menemukan cadangan-cadangan baru dengan meningkatkan upaya-upaya eksplorasi sehingga berapa yang diproduksi dapat tergantikan dengan eksplorasi menemukan cadangan baru.
"Itu yang dinamakan replace replacement value, atau menemukan pengganti lokasi baru," lanjut Arcandra.
"Sekarang berapa replace replacement value itu, sangat kecil dibawah 100 persen kalau saya tidak salah kisarannya pada 60 sampai 70 persen (replace replacement ratio). EOR akan kita dorong, tidak ada yang melarang melakukan EOR," jelas Arcandra.
Sebelumnya, ia sempat menjelaskan bahwa sifat energi fosil bukan termasuk energi yang habis, namun tak bisa diproduksi lagi.
"Itu yang harus kita ubah, yang benar adalah bukan habis, tetapi tidak bisa memproduksikan minyak," kata Arcandra.
Ia memaparkan energi fosil tidak habis karena belum ada teknologi yang bisa menguras minyak hingga di bawah perut bumi sampai 100 persen.
Teknologi yang ada saat ini baru mengeksplorasi paling banyak 40-50 persen minyak yang ada sehingga masih sekitar 60 persen minyak di bawah perut bumi.
Ia menganggap kondisi ini adalah tantangan bagi hadirnya teknologi baru yang bisa mengambil cadangan minyak itu.