REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Ketika Netflix merilis 13 Reasons Why pada bulan Maret, banyak orang menilai serial tersebut meningkatkan kesadaran tentang depresi dan bunuh diri. Namun, beberapa kritikus berpendapatan jika serial itu memiliki efek mengerikan untuk penonton.
Tulisan yang diterbitkan JAMA Internal Medicine mencoba mengungkap kekhawatiran tentang 13 Reason Why.Peneliti itu melihat data Google Trends dari rilis acara tersebut pada tanggal 31 Maret sampai 18 April.
Mereka menemukan setelah penayangan 13 Reasons Why memulai debutnya, pencarian internet terkait dengan bunuh diri meningkat sebesar 19 persen. Secara khusus, istilah pencarian untuk kesadaran bunuh diri meningkat, seperti pencarian untuk "pencegahan bunuh diri" meningkat 23 persen dan "nomor hotline bunuh diri" meningkat 21 persen.
Pencarian tersebut secara keseluruhan merupakan hal yang baik. Namun, ada juga peningkatan istilah pencarian yang bisa menyebabkan orang-orang melukai diri sendiri. Pencarian untuk "bagaimana melakukan bunuh diri" naik sebesar 26 persen, "bagaimana bunuh diri" sebesar sembilan persen, dan "bunuh diri" sebesar 18 persen. Tulisan tersebut tidak mencoba untuk menghubungkan pertunjukan tersebut dengan bunuh diri atau usaha sebenarnya.
"Data menunjukkan bahwa 13 Reasons Why tidak sesuai untuk kesehatan masyarakat," kata peneliti utama studi John Ayers dikutip dari People, Rabu (2/8).
Dalam simpulannya Ayers menyatakan, meski ada peningkatan seputar kesadaran bunuh diri dan informasi bagaimana orang-orang untuk mencegahnya, ada yang perlu menjadi perhatian. Peningkatan persentase pencarian bagsimana cara bunuh diri tanpa rasa sakit pun ikut meningkat.
Netflix menghadapi kritik keras saat merilis 13 Reasons Why, yang didasarkan pada novel tahun 2007 dari penulis Jay Asher. Dalam cerita itu mengkisahkan Hannah Baker, seorang siswa sekolah menengah yang membunuh dirinya sendiri. Baker meninggalkan 13 kaset yang menyimpan petunjuk bagi orang-orang yang memengaruhinya untuk mengakhiri hidupnya.
Terkait hasil dari studi tersebut, Netflik menyatakan jika mereka menghargai hasil tersebut untuk meningkatkan diskusi selanjutnya. Sebagai rumah produksi, Netflik akan menunggu penelitian selanjutnya dari serial yang sudah resmi akan dibuat sekuelnya.
"Ini adalah studi eksperimental yang menarik yang menegaskan hal ini. Kami menantikan penelitian lebih lanjut dan mengambil semua yang kita pelajari ke hati saat kita mempersiapkan musim kedua," ujar penyataan Netflix.
Netflix pun menyatakan jika produser telah berkonsultasi dengan ahli kesehatan mental untuk membantu dalam memandu serial itu. Mereka punmerilis situs 13 ReasonsWhy.info untuk mengarahkan publik ke sumber kesehatan mental untuk dapat membantu.