REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Lebih dari satu juta anak kurang gizi berusia di bawah lima tahun, di Yaman, tinggal di daerah dengan tingkat penyebaran kolera yang tinggi. Badan amal Save the Children memperingatkan hal itu Rabu (2/8).
Badan ini mulai mengirim lebih banyak ahli kesehatan ke daerah-daerah yang terkena dampak penyebaran kolera paling parah di negara itu.
Peningkatan aksi tanggapan muncul setelah data terbaru memaparkan bahwa epidemi kolera mematikan yang dimulai pada April 2015, telah menginfeksi lebih dari 425.000 dan membunuh hampir 1.900 orang.
Save the Children mengatakan bahwa anak-anak di bawah usia 15 tahun, saat ini terhitung sekitar 44 persen-nya terinfeksi kasus baru dan 32 persennya tewas di Yaman, di mana perang sipil dan runtuhnya ekonomi telah mengakibatkan jutaan orang berada di ambang kelaparan.
"Tragedi ini, kekurangan gizi dan kolera, mudah diobati jika anda memiliki akses terhadap perawatan kesehatan dasar," kata Tamer Kirolos, Direktur Save the Children di wilayah Yaman. "Namun rumah sakit dan klinik telah hancur, petugas kesehatan pemerintah belum dibayar upahnya hampir setahun, dan pengiriman bantuan penting terhambat," tambahnya.
Penyakit kolera, yang penularannya disebarkan melalui konsumsi makanan atau air tercampur bakteri Vibrio cholerae, dapat membunuh dalam hitungan jam jika tidak diobati.
Wabah kolera tersebut membuat PBB pekan lalu mengubah penilaian kemanusiaannya dan saat ini mereka menghitung bahwa 20,7 juta warga Yaman membutuhkan bantuan, naik dari sebelumnya yang menyatakan 18,8 juta dari 28 juta jumlah penduduknya.
Oxfam telah memproyeksikan jumlah korban yang terinfeksi kolera dapat meningkat menjadi lebih dari 600.000 jiwa, menjadikan penyebaran wabah kolera terbesar dalam pendataan, dibandingkan negara manapun dalam satu tahun sejak pendataan dimulai. Melebihi Haiti pada 2011.
Save the Children mengatakan bahwa saat ini mereka mengoperasikan 14 pusat perawatan kolera dan lebih dari 90 satuan rehidrasi di seluruh Yaman. Mereka juga meningkatkan aksi tanggapannya dengan mengirim lebih banyak ahli kesehatan ke daerah yang terkena dampak paling parah.
Badan amal tersebut mengatakan bahwa analisis data terbaru tingkat distrik mengungkapkan lebih dari satu juta anak bergizi buruk yang berusia di bawah lima tahun, tinggal di daerah dengan tingkat penyebaran kolera yang tinggi.
Jutaan orang kekurangan gizi di Yaman, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sebuah koalisi yang dipimpin Arab Saudi ikut campur dalam perang sipil Yaman pada 2015, mendukung pasukan pemerintah yang berperang melawan pemberontak Houthi dukungan Iran, menghambat akses para pekerja bantuan.