Rabu 02 Aug 2017 17:28 WIB

364 Hektare Sawah di Jabar Kekeringan

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Yudha Manggala P Putra
Kemarau. Ilustrasi
Foto: antara
Kemarau. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat Dicky Saromi mengatakan sekitar 364 hektare areal persawahan di Jawa Barat dilanda kekeringan. Kondisi ini terjadi seiring dampak dari musim kemarau yang berlangsung hampir di seluruh wilayah Jabar.

"Jumlah tersebut, paling banyak berada di kawasan utara meliputi Indramayu, Cirebon, Majalengka, dan Purwakarta. Sawah-sawah yang terkena dampak musim kemarau ini sulit dialiri air karena minimnya pasokan," kata Dicky di Kota Bandung, Rabu (2/8).

Menurut Dicky, data tersebut catatan hingga bulan Juli lalu. Ia pun memprediksi jumlah areal persawahan yang terdampak kekeringan terus bertambah seiring masih berlangsungnya kemarau.

Menurutnya, areal persawahan ini masih tergolong terdampak kekeringan. Belum sampai level fuso atau mati lahannya karena tidak ada aliran air yang dibutuhkan tanaman dan tanah. Pada setiap 100 meter persegi lahan sawah yang kekeringan saat ini, tidak seluruhnya mati. "Sekarang masih terdampak kekeringan, jadi belum fuso. Dikatakan fuso itu kalau seluruhnya mati, atau minimal 85 persen ," ujarnya.

Meski demikian, kata dia, jika cuaca masih cenderung jarang hujan seperti saat ini, tidak menutup kemungkinan areal persawahan seluas 364 hektare ini akan mengalami fuso. Kondisi ini tentu akan sangat merugikan petani serta berdampak pada ketersediaan pangan.

Ia menyebutkan pihaknya ikut menindaklanjuti kondisi kekeringan tersebut. Sebagai langkah antisipasi, dia mengaku sudah menyiapkan sejumlah pompa agar lahan-lahan kekeringan bisa teraliri air dari sungai. "Kami rutin. Selain dari provinsi, bantuan pompa ini diberikan juga dari pusat dan kabupaten," ucapnya.

Selain itu, Pemprov Jawa Barat pun sudah menerjunkan petugas Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT). Mereka bertugas menyosialisasikan kepada petani agar terhindar dari dampak musim kemarau dengan mengganti tanamannya.

Menurutnya, masih banyaknya petani yang menanam padi ini dikarenakan mereka salah prediksi cuaca. Petani juga berharap Juni, Juli, Agustus ini masih ada hujan padahal musim kemarau.

"Sejak awal kita sudah antisipasi dan wanti-wanti ke petani. Jangan memaksakan menanam padi pada lahan sawah yang tidak mungkin terairi di musim kemarau. Petani bisa mengganti padi dengan palawija yang lebih tahan kekeringan," tuturnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement