REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Penasihat senior sekaligus menantu Presiden AS Donald Trump, Jared Kushner, mengungkapkan keraguannya terhadap kemampuan Amerika Serikat (AS) untuk menjadi perantara kesepakatan damai antara Israel dan Palestina.
Pernyataan itu disampaikannya dalam sebuah percakapan dengan pembantu Kongres, pada Senin (31/7), yang seharusnya tidak direkam namun ternyata dibocorkan ke situs Wired.
Kushner berbicara panjang lebar tentang upaya Pemerintah AS untuk mencapai kesepakatan damai antara Israel dan Palestina. Ia bahkan berbagi beberapa pemikirannya mengenai masalah ini setelah setengah tahun melakukan hubungan diplomatik dengan kedua belah pihak.
"Minggu-minggu terakhir ini benar-benar menunjukkan kepada kita betapa cepatnya hal-hal dapat terjadi dalam hidup kita, dan Anda akan melihat beberapa orang yang tidak ingin mencapai perdamaian. Dan ada orang-orang yang ingin menambah kekacauan. Dan itu bukan hal baru dalam politik dan juga bukan hal baru dalam konflik ini. Begitulah adanya," ujar Kushner, menurut transkrip yang diterbitkan di Wired.
Kushner mengatakan, keputusan Israel untuk memasang alat pelacak logam di Kompleks Masjid al-Aqsha adalah keputusan masuk akal. Ia juga menyalahkan orang-orang Palestina karena telah banyak melakukan hasutan dalam ketegangan di Yerusalem.
Kushner menggambarkan bagaimana ketegangan di al-Aqsha terjadi setelah serangan teror yang menyebabkan kematian dua polisi Israel. Dia juga menyatakan pendapatnya bahwa tanggapan Israel terhadap kejadian tersebut, dengan memasang detektor logam di pintu masuk, adalah hal yang wajar untuk dilakukan.
"Jadi karena ketegangan telah benar-benar meningkat, saya tidak tahu apakah semua orang sudah mengetahuinya, tapi ada dua orang, dua penjaga Israel yang terbunuh di Temple Mount (Haram al-Sharif), dan ini adalah pertama kalinya dalam bertahun-tahun. Jadi, Israel memasang pelacak logam di Temple Mount bukan merupakan hal yang tidak masuk akal untuk dilakukan," ungkapnya.
"Apa yang telah terjadi adalah mereka (orang Palestina) mulai menghasutnya. Mereka mengatakan ini adalah perubahan status quo. Israel mengatakan mereka hanya ingin memastikan orang-orang selamat. Dan ini benar-benar telah menyulut ketegangan di jalanan," kata Kushner.