Pekerja memilah-milah bagian bemo seusai dipotong menggunakan las di kawasan Rawa Buaya, Jakarta Barat, Rabu (2/8). (FOTO : Republika/Mahmud Muhyidin)
Pekerja memotong badan bemo menggunakan las di kawasan Rawa Buaya, Jakarta Barat, Rabu (2/8). (FOTO : Republika/Mahmud Muhyidin)
Pekerja memotong badan bemo menggunakan las di kawasan Rawa Buaya, Jakarta Barat, Rabu (2/8). (FOTO : Republika/Mahmud Muhyidin)
Pekerja memilah-milah bagian bemo seusai dipotong menggunakan las di kawasan Rawa Buaya, Jakarta Barat, Rabu (2/8). (FOTO : Republika/Mahmud Muhyidin)
Pekerja memotong badan bemo menggunakan las di kawasan Rawa Buaya, Jakarta Barat, Rabu (2/8). (FOTO : Republika/Mahmud Muhyidin)
Pekerja memotong badan bemo menggunakan las di kawasan Rawa Buaya, Jakarta Barat, Rabu (2/8). (FOTO : Republika/Mahmud Muhyidin)
Pekerja memilah-milah bagian bemo seusai dipotong menggunakan las di kawasan Rawa Buaya, Jakarta Barat, Rabu (2/8). (FOTO : Republika/Mahmud Muhyidin)
Pekerja memotong badan bemo menggunakan las di kawasan Rawa Buaya, Jakarta Barat, Rabu (2/8). (FOTO : Republika/Mahmud Muhyidin)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kendaraan bemo memilki wajah yang unik dan ciri khas menggunakan tiga roda. Mulai digunakan di Jakarta pada tahun 1962, untuk menyambut event olahraga Ganefo. Pada masanya, sempat menjadi sarana angkutan favorit warga ibu kota.
Namun masa keemasan itu sudah berlalu, bahkan saat ini sebanyak 30 bemo dihancurkan oleh Dinas Perhubungan DKI Jakarta di kawasan Rawa Buaya, sebagai langkah peremajaan terhadap keberadaan bemo.
Selanjutnya, pemda DKI akan mengganti bemo menjadi bajaj APB (Qute) sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009, tentang angkutan umum yang harus beroda empat.
Advertisement