Rabu 02 Aug 2017 20:24 WIB

Polri Jelaskan Sulitnya Pembuatan Sketsa Penyerang Novel

Kabagpenum Divisi Humas Polri Kombes Pol Martinus Sitompul
Foto: Antara/Reno Esnir
Kabagpenum Divisi Humas Polri Kombes Pol Martinus Sitompul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mabes Polri telah merilis wajah terduga pelaku penyiraman Novel Naswedan dalam sebuah sketsa. Namun dua sketsa lainnya masih belum diketahui kapan akan dibuka kepada masyarakat. Kabagpenum Divisi Humas Polri Kombes Martinus Sitompul mengatakan rumitnya proses pembuatan sketsa tersebut. Sehingga polisi tidak bisa tergesah-gesah untuk merilis dua sketsa lainnya.

Martinus menjelaskan untuk pembuatan sketsa wajah harus juga dilanjutkan dengan memverifikasi pada CCTV. Kemudian juga ditambahkan dengan kesaksian pada tiap-tiap saksi yang melihat.

Misalnya saksi pertama mencoba menggambarkan sosok terduga pelaku tersebut berdasarkan ingatannya. Selanjutnya penyidik akan mencocokkan gambaran tersebut dengan ketarangan saksi-saksi lainnya.

"Dari proses itulah supaya bisa mendapatkan satu gambaran utuh dari wajahnya itu. Kan sudah (ada) beberapa hasil (sketsa)," kata Martinus di Mabes Porli, Jakarta Selatan, Rabu (2/8).

Belum lagi lanjut Martinus, bila ada koreksi dari saksi yang justru berbeda penggambaran. Tentunya ini yang menjadi kehati-hatian penyidik sebelum merilis sketsa tersebut.

"Tujuan akhir (pembutaan sketsa adalah) bagaimana kita menangkap pelaku kan, kita memprosesnya. Soal teknik taktiknya seperti itu tentu harus benar dan kemudian kepada tujuan yang tepat juga," jelas Martinus.

Begitupun dalam mencocokkan sketsa dengan CCTV juga bagian dari suatu teknik dan koreksi. Sehingga satu sama lain baik bukti di lapangan atau pun ketarangan saksi bisa saling mendukung.

"Koreksi-koreksi karena setiap sketsa itu ditampilkan ke saksi lain 'benar engga ini? terus kata saksi, tambah ini pak'. Nanti dicek ke saksi lain 'ada tambahan ini nih'. Saksi lain bilang 'bukan (seperti itu) pak' (kemudian) bagaimanasketsa disamakan dengan yang di CCTV yang kemudian kita bawa ke Australia untuk diidentifikasi dari profil yang ada," terang Martinus.

Saksi di kompleks Novel tinggal sambungnya, ada 15 orang saksi. Sehingga tentu saja penyidik juga meminta keterangan kepada 15 orang tersebut. "Saksi yang di kompleks itu ada 15," ucapnya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement