REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik, Asep Warlan Yusuf menilai dukungan Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo (HT) bakal mendukung Joko Widodo di Pilpres 2019 memiliki banyak kepentingan. Setidaknya kemungkinan ada tiga hal yang ingin dicapai HT, yaitu kepentingan Hukum, kepentingan politik, dan juga kepentingan bisnis.
Maka tidak heran, kata Asep, jika banyak pihak yang menduga manuver HT ada kaitanya dengan kasus yang tengah mendera bos MNC itu. "Bahwa ada yang bilang ada kaitanya dengan status tersangkanya, itu tidak salah orang menduga itu. Tapi juga belum tentu benar memang," ujar pengamat dari Universitas Parahyangan Bandung itu, saat dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (2/8).
Asep menambahkan, selain memiliki kepentingan hukum, HT juga secara politik Partai Perindo diuntungkan jika mendukung Joko Widodo. Diantaranya, sambung Asep, terkait dengan presidential treshold yang sedang diuji di Mahkamah Konstitusi (MK), bisa jadi HT memanfaat Joko Widodo agar MK mengabulkan gugatan terhadap presidential treshold.
"Apalagi peluang MK untuk membatalkan presidential treshold itu peluangnya besar. Jadi Perindo memiliki peluang besar untuk mengusung capres sendiri," tambah Asep.
Lanjut Asep, jika Partai Perindo sudah bisa mengusungkan calon presiden atau calon wakil presiden sendiri, maka tidak menutup kemungkinan dia bakal menarik dukungnnya. Namun jika gugatan terhadap presidential treshold itu tidak dikabulkan oleh MK maka dia akan terus merapatkan dukungannya ke Joko Widodo.
"Jadi secara hukum pun ada secara politispun ada. Kepentingan ketiga itu soal bisnis, seperti perlindungan kekuasaan biasalah dalam bidang bisnis yang besar pasti ada," terang Asep.
Selain itu, Asep juga tidak heran dengan sikap politik HT yang kerap berpindah-pindah dukungan. Bahkan politik "loncat pagar" merupakan karakter dari HT itu sendiri. Kata Asep, itu terbukti setelah sebelumnya HT sempat merapat ke Hanura kemudian pindah ke Nasdem dan terakhir mendirikan partai sendiri.
"Ya itu kan HT punya karakter itu. Dulu pernah dengan Hanura kemudian pindah ke Nasdem kemudian mendirikan partai itu kan politik loncat agar jelas tidak heran dengan sikap politik HT," tutup Asep.