Kamis 03 Aug 2017 06:16 WIB

Ashkenazi, Yahudi Aspal?

Para penganut Yahudi di Tembok Ratapan (ilustrasi)
Foto: abc.net.au
Para penganut Yahudi di Tembok Ratapan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh Harun Husein*)

 

Tesis filsuf Prancis, Ernest Renan, bahwa sebagian besar Yahudi Ashkenazi bukanlah keturunan para nabi suci seperti Ibrahim, Ya’kub, dan Ishak, menjadi kontroversi lebih dari dua abad.

Selama itu pula, tak terhitung pendapat dan karya yang mendukung dan menentang tesis itu. Saat ini, ada dua tesis besar tentang asal-usul Yahudi Ashkenazi atau Yahudi Eropa. Pertama, Rhineland Hypothesis. Kedua, Khazarian Hypothesis.

Kedua tesis ini bertabrakan. Di Barat, Rhineland Hypothesis lebih populer. Rhineland Hypothesis beranggapan Yahudi Ashkenazi merupakan keturunan Yahudi dari Kanaan, Timur Tengah. Mereka bermigrasi ke Eropa menyusul keberhasilan Umar Bin Khattab membebaskan Palestina dari tangan Romawi Byzantium pada tahun 638.

Konon, migrasi berdurasi panjang, hingga 200 tahun. Kemudian, pada abad ke-15, sekitar 50 ribu Yahudi yang mengisolasi diri, meninggalkan Rhineland atau Jerman di Eropa Barat, menuju Eropa Tengah dan Eropa Timur .

Di sana, Yahudi berkembang pesat, melebihi komunitas lain, berkat hyperbaby boom.

Alhasil, meskipun terjadi perang, penyiksaan terhadap orang Yahudi, wabah, dan kesulitan ekonomi, populasi Yahudi Ashkenazi tetap bisa melonjak signifikan. Dan, pada abad ke-20, telah moroket mencapai delapan juta orang.

Tapi, karena cerita ledakan populasi itu terbilang ganjil dan kurang masuk akal, Science Daily menyatakan sejumlah pakar seperti Prof Harry Ostrer dan Dr Gil Atzmon menyebutnya dengan istilah “keajaiban”.

Terlepas dari soal keajaiban, jika jalan ceritanya demikian, itu berarti orang Yahudi Ashkenazi masih keturunan Yahudi kuno. Dan, pasti akan sama dengan nenek moyangnya di Timur Tengah, terutama dari sisi genetis. Nyatanya? Sementara, Khazarian Hypothesis beranggapan bahwa nenek moyang Yahudi Ashkenazi sebagian besar bukan  dari Kanaan, tapi dari Khazaria, sebuah kawasan di Kaukasus.

Suku seminomaden Turki dari Eurasia, ini, mendiri kan Imperium Khazaria sejak abad ke-6 , dan pada abad ke-8, penguasanya masuk Yahudi — kendati mereka bukan dari ras Yahudi. Yahudi-Khazaria yang berbahasa Yiddish (bukan Ibrani –Red) ini diperkuat kedatangan Yahudi dari Meso potamia dan Yunani-Romawi.

Dan, menyusul jatuhnya Imperium Khazaria akibat serbuan Mongol pada abad ke-13, Yahudi Khazaria bermigrasi ke Eropa Timur dan Eropa Tengah. Mereka inilah yang belakangan disebut sebagai Yahudi Ashkenazi.

Penganut Khazarian Hypothesis yang paling terkenal adalah Ernest Renan dan Arthur Koestler. Ernest Renan, filsuf Prancis pencetus gagasan nationstate, itu, menuliskannya dalam Judaism as a Race and as Religion pada 1883. Sedang kan, Arthur Koestler, jurnalis dan novelis Inggris berdarah Yahudi, menuliskannya dalam The Thirteenth Tribepada 1976.

Lalu, mana di antara kedua tesis tersebut yang benar? Kemajuan sains dan teknologi yang memungkinkan men-trace nenek moyang seseorang atau suatu kaum dari sisi genetis, akhirnya menjadi jurinya. Dan, jawaban telak itu muncul di Jurnal Genome Biology and Evolution (GBE). Jurnal yang diterbitkan Oxford University Press, itu, pada edisi 17 Januari 2013, memuat tulisan berjudul The Missing Link of Jewish European Ancestry: Contra sting the Rhineland and the Khazarian Hypothese.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement