Kamis 03 Aug 2017 08:40 WIB

Nakhoda Kapal Wisata Diminta Miliki Lisensi

Sebuah kapal wisata berada di sekitar Pulau Gosong Seloka, Karimunjawa, Jawa Tengah, Selasa (25/12).
Foto: Antara/Jessica Helena Wuysang
Sebuah kapal wisata berada di sekitar Pulau Gosong Seloka, Karimunjawa, Jawa Tengah, Selasa (25/12).

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Nusa Tenggara Timur meminta para pemilik kapal wisata di Labuan Bajo, Pulau Flores menggunakan nakhoda yang memiliki lisensi.

"Nakhoda kapal-kapal wisata itu harus berlisensi atau memiliki sertifikat yang memang basic pengetahuannya betul-betul menjadi nakhoda kapal," kata Wakil Ketua Asita NTT Yohanes Rumat di Kupang, Kamis (3/8).

Menurutnya, hal itu dimaksudkan untuk memastikan agar kapal-kapal pengangkut wisatawan di Labuan Bajo dioperasikan para nakhoda yang sudah profesional untuk mencegah kecelakaan laut yang membahayakan nyawa wisatawan.

Anggota DPRD Provinsi NTT itu mengaku menyayangkan sejumlah peristiwa kecelakaan laut yang menimpah kapal-kapal pengangkut wisatawan di Labuan Bajo belakangan ini.

Ia mengatatakan, seperti kecelakaan laut pada 23 Juli yang menimpa sebuah perahu yang ditumpang enam orang termasuk empat wisatawan manca negara tengelam di perairan Taka Makassar, Labuan Bajo.

"Bahkan kita ikuti selama dua-tiga bulan terakhir ini beberapa peristiwa kapal pengangkut wisatawan yang karam di sekitar Labuan Bajo menjadi sorotan," katanya.

Menurutnya, yang terjadi selama ini di Labuan Bajo, kapal-kapal nelayan maupun pengangkut barang juga dimanfaatkan untuk mengangkut wisatawan ke destinasi wisata pulau-pulau kecil seperti Padar, Rinca, Komodo, dan lainnya.

Untuk itu, Yohanes memandang penting adanya penertiban dari pemerintah daerah setempat berkoordinasi dengan pihak asosiasi kapal setempat untuk memeriksa standar kapal dan nakhodanya.

Menurutnya, Asita sebagai bagian dari pelaku pariwisata menginginkan agar semua komponen tersebut bersatu melakukan penertiban untuk memastikan agar peristiwa tenggelamnya kapal pengangkut wisatawan tidak berkelanjutan.

"Ini untuk menjaga agar pariwisata kita di NTT yang semakin tersohor tidak tercoreng dengan peristiwa semacam ini yang berdampak pada berkurangnya arus kunjungan wisatawan," katanya.

Dia mengatakan para wisatawan yang datang juga menginginkan harga transportasi kapal penyeberangan yang murah, tapi tidak memperhitungkan lagi profesionalisme pelayanan.

"Para wisatawan ini bernegosiasi harga sendiri dengan nakhoda kapal-kapal nelayan bahkan yang kecil-kecil sehingga sulit dipantau secara profesional," katanya.

Untuk itu, ia berharap agar wisatawan baik domestik maupun mancanegara menggunakan jasa agen lokal yang betul-betul bertanggung-jawab.

"Kalau kami di travel agen sebagai pelaku sejak awal kapal-kapal diperiksa kelayakannya, bagaimana kondisinya mesin, lambung kapal, pelampung, kesiapan nakhoda, sehingga kalau memang tidak layak maka kami pindah ke kapal lain," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement