REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Lahan pertanian tembakau di wilayah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta pada 2017 menyusut sekitar 650 hektare atau mencapai 50 persen.
"Penyusutan lahan tembakau akibat petani beralih ke jenis tanaman lain karena takut kembali gagal panen akibat kondisi cuaca yang tidak mendukung," kata Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Sleman Suwarji, Sabtu (5/8).
Menurut dia, pada 2016 luas lahan yang ditanami tembakau ada 1.300 hektare. "Saat ini karena kondisi cuaca yang sering mendung, petani banyak yang tidak berani berspekulasi menanam tembakau dan memilih ke tanaman lain seperti jagung yang aman," katanya.
Ia mengatakan, pada 2016 yang hampir tidak ada kemarau, petani tembakau mengalami rugi hampir 100 persen, padahal biaya produksi dan pemeliharaannya tinggi. "Padahal sebenarnya harga tembakau saat ini cukup bagus, karena pabrik kekurangan bahan baku. Tapi karena kondisi cuaca, petani kecil, petani besar tidak berani berspekulasi," katanya.
Suwarji mengatakan, di Kabupaten Sleman, lahan yang banyak ditanami tembakau di antaranya di Kecamatan Kalasan, Ngaglik, Sleman, Tempel, dan sebagian Ngemplak. "Rata-rata tanaman tembakau yang ditanam saat ini sudah berusia 1,5 bulan dan siap melakukan pemetikan pada akhir September," katanya.
Ia mengatakan, dirinya sebelumnya pernah menanam tembakau di lahan seluas 25 hektare karena hujan menjadikan tanaman rusak dan mengalami kerugian sampai Rp 700 jutaan. "Saat ini hanya berani menanam di lahan seluas 1,5 hektare yang ada di daerah Donoharjo, Kecamatan Ngaglik," katanya