REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsuddin kemiskinan dan buta aksara merupakan masalah peradaban dunia yang krusial. Karena itu, umat beragama harus turut mengentaskan kemisinan dan mengatasi buta aksara.
Din mengungkapkan hal itu ketikda menjadi pembicara pada International Peace Prayer di Mount Hie, Kyoto, Jepang, Jumat (4/8). Pertemuan yang juga dihadiri puluhan tokoh berbagai agama dunia itu menandai Peringatan 30 Tahun The Religious Summit Meeting on Mount Hie (Pertemuan Puncak Tokoh-Tokoh Agama Dunia di Mount Hie).
Din menjadi pembicara pada sesi tentang Peran Agama dalam Pengentasan Kemiskinan dan Pengembangan Pendidikan di Daerah Terpencil. "Umat beragama harus merasa terpanggil untuk mengatasinya, karena itu adalah tanggung jawab kemanusiaan dan keagamaan sekaligus," ujar Din Syamsuddin dalam keterangan persnya, Sabtu (5/8).
Din yang juga mantan Ketua Umum Muhammadiyah, sudah tiga kali diundang pada peringatan tahunan peristiwa ini. Agenda pertemuan ini selalu diawali dengan sebuah simposium seputar isu perdamaian, kerukunan, dan penanggulangan kekerasan.
Ikut sebagai berbicara pada sesi yang sama, tokoh Kristen dari Nigeria, Kardinal John Oyinaken; cucu Mahatma Ghandi, Ela Ghandi; Supreme Patriach Kamboja, dan utusan Vatikan. Di Mount Hie ini juga terdapat Kuil Buddha Tendai tertua di Jepang, yang pada 1987 menjadi lokasi pertemuan tingkat tinggi para tokoh berbagai agama untuk perdamaian dunia.
Ikut hadir pada Pertemuan di Mount Hie 2017 beberapa perwakilan tokoh agama dunia. Di antaranya pemimpin tertinggi Buddha Tendai Jepang, Sekjen Liga Dunia Islam (Rabithah Alam Islami), Sekjen Religions for Peace, utusan Vatikan, utusan World Council of Churches, Tokoh Kristen Oryhodox Yunani, Sekjen World Buddhist Fellowship, Mufti Bosnia, ulama Suriah, Utusan Sant Egidio, dan Din Syamsuddin yang diundang sebagai President of Asian Conference of Religions for Peace (ACRP).
Acara juga dilengkapi dengan doa bersama bagi Perdamaian Dunia berlangsung di Mount Hie, sebuah gunung berketinggian 800 meter di luar kota Kyoto. Acara diisi doa bersama dan penyampaian pesan dari para wakil agama-agama.
Pada kesempatan berbeda saat kunjungan ke Kyoto kali ini, Din Syamsuddin sempat bertemu Amin Tomomusu dan Khalid Higuchi dari Muslim Japanese Association.