Sabtu 05 Aug 2017 21:33 WIB

Waktu Tempuh Lama, Pengusaha Kurang Minat Kapal Tol Laut

Truk angkutan barang menunggu antre masuk ke kapal.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Truk angkutan barang menunggu antre masuk ke kapal.

REPUBLIKA.CO.ID, TERNATE -- Para pengusaha di Maluku Utara (Malut), khususnya yang bergerak di bidang usaha perdagangan kebutuhan pokok kurang berminat memanfaatkan kapal tol laut ketika mendatangkan kebutuhan pokok dari provinsi lain ke daerah ini.

Kepala Dinas Pengindustrian dan Perdagangan (Disprindag) Malut Asrul Gailea di Ternate, Sabtu, menyatakan alasan pengusaha di Malut kurang berminat memanfaatkan kapal tol laut karena kapal tol yang melayani daerah ini start dari pelabuhan Makassar, sementara mereka lebih banyak mendatangkan kebutuhan pokok dari Surabaya.

Selain itu, waktu tempuh kapal tol laut dari pelabuhan Makassar sampai ke pelabuhan Ternate sekitar dua minggu, sehingga para pengusaha khawatir kebutuhan pokok yang didatangkan akan rusak di perjalanan, terutama untuk kebutuhan pokok yang tidak bertahan lama.

"Para pengusaha di Malut kalau mendatangkan kebutuhan pokok dari Makassar lebih memilih menggunakan kapal niaga yang selama melayani rute Makassar-Ternate karena waktu tempuhnya jauh lebih singkat jika dibandingkan dengan kapal tol laut, yakni hanya sekitar satu minggu," katanya.

Oleh karena itu, Disperindag Malut telah mengusulkan ke pemerintah pusat agar kapal tol laut yang melayani Malut waktu tempuhnya dari Makassar ke Ternate lebih cepat, selain itu juga ada kapal tol laut yang tujuan Malut start dari Surabaya.

Asrul Gailea menyatakan Disperidag Malut juga mengusulkan ke pemerintah pusat agar daerah di Malut yang disinggahi kapal tol laut jangan hanya di ibu kota kabupaten/kota seperti Ternate, Tobelo dan Labuha tetapi juga di pulau-pulau terpencil.

Perlunya kapal tol laut menyinggahi pula pulau-pulau terpencil karena harga kebutuhan pokok di pulau-pulau terpencil selama ini sangat mahal karena tingginya biaya angkut dari Ternate atau ibu kota kabupaten/kota lainnya di Malut yang menjadi sumber pemenuhan kebutuhan pokok bagi pulau-pulau terpencil.

Ia menambahkan Malut selama ini harus mendatangkan sebagian besar kebutuhan pokok, seperti beras,bawang merah dan bawang putih, minyak goreng, gula pasir, ayam potong dan telur dari provinsi lain karena produksinya di Malut sangat terbatas.

 

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement