REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG -- Puluhan pemuda lintas agama yang merupakan pegiat almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), mantan Presiden, di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, menggelar dialog tentang pentingnya toleransi beragama sekaligus merayakan hari ulang tahun Gus Dur yang ke-77.
Koordinator acara sekaligus pegiat Gus Dur, Aan Anshori dalam rili, Ahad, dalam acara ini terungkap keprihatinan dengan beragam kejadian di Tanah Air, misalnya, dari sisi tindak pidana korupsi, peredaran narkoba, sampai masalah keberagaman yang masih terjadi sampai saat ini.
Aan menegaskan pentingnya figur panutan untuk melawan berbagai ketidakadilan di Indonesia. Salah satunya adalah mantan Presiden KH Abdurrahaman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur. Selama hidup, beliau adalah tokoh yang baik, tokoh toleran, bahkan dengah tegas memimpin Indonesia.
"Gus Dur adalah satu-satunya Presiden sekaligus kiai yang berani bersikap adil dalam Kejahatan 1965. Keberanian ini yang membuat Gus Dur dikenang banyak orang dari berbagai latar belakang," ucap Aan.
Dalam acara itu, sejumlah masalah dibahas, misalnya, diskriminasi. Parjo, aktivis keragaman gender dan seksualitas menyebut hingga kini masih terjadi diskriminasi bahkan kekerasan pada kelompok LGBTI. Mereka masih dinilai sebelah mata, sehingga termarjinalkan.
Keluhan juga diungkapkan oleh Vivi. Perempuan yang saat ini sedang menyelesaikan studi tentang teologi menilai hingga kini himpitan intoleransi berbasis agama masih dirasakan.