REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Istri Muhammad Alzahra (Joya) yang tewas setelah menjadi sasaran amukan warga, Zubaidah, dipanggil Polres Metro Bekasi Kabupaten, Jumat (4/8) lalu. Zubaidah mengatakan, kedatangannya ke Polres Bekasi untuk dimintai keterangan untuk laporan perkembangan penyelidikan pelaku pengeroyokan yang menewaskan Joya.
"Saya lupa pertanyaannya apa saja. Hanya sebentar dari jam 15.00-17.00 WIB. Kalau tidak salah, karena anak saya ditinggal di rumah jadi takut kemaleman," kata Zubaidah saat ditemui Republika.co.id di kediamannya di Cikarang Kota, Cikarang Utara, Ahad (6/8).
Zubaidah mengaku tidak menuntut apa pun kepada kepolisian dalam kasus yang menewaskan suaminya. Dia hanya mengharapkan keadilan, mengingat Indonesia adalah negara yang memiliki dasar hukum.
"Saya tidak menuntut, saya hanya minta keadilan untuk suami saya. Kalau memang suami saya salah, seharusnya ditindak sesuai hukum, kenapa harus hukum rimba?" kata dia.
Jika pelaku tertangkap, Zubaidah berharap pelaku mendapat efek jera. Dia juga berharap kejadian yang menimpa suaminya tidak kembali terulang. "Cukup saya saja yang mengalami ini. Semua orang mungkin tahu perasaan saya, kalau sekarang saya sudah mencoba tegar saja," ujar Zubaidah.
Zubaidah mengatakan, selama ini anak sulungnya lebih dekat dengan suaminya, Joya. Saat dikabarkan meninggal, anaknya (AS) kerap menanyakan keberadaan Joya, terlebih di saat datang waktu shalat.
"Dia (AS) masih suka tanya di mana abinya (ayahnya). Walaupun banyak yang bilang abinya sudah tidak ada, tapi dia masih belum mengerti. Dia hanya paham kalau abinya sedang tidur. Kalau azan, dia (AS) suka tanya 'Abi mana? Kok engga shalat'. Biasanya dia selalu shalat sama abinya," kata Zubaidah.
Ketua Rukun Tetangga (RT) 05 Kampung Jati, Cikarang Kota, Cikarang Utara, Amsir, mengenal Joya sebagai sosok yang baik, mudah bergaul, dan rajin beribadah, mengingat Joya kerap menjadi imam mushala dan guru mengaji.
Bantuan yang diberikan warga, kata dia, adalah dukungan moril kepada korban. Dia berharap, kasus ini dapat terungkap dan pelaku dapat diadili dengan seadil-adilnya. "Dia manusia, bukan hewan. Di sini sering terjadi pencurian, tapi tidak pernah sampai merenggut nyawa. Di mana hati nurani mereka melihat orang yang dibakar hidup-hidup," kata dia.