REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Turki Usmani mengatur bangunan dan properti keagamaan, seperti masjid dan madrasah. Pada 1878, setelah kekuasaan Turki berakhir, dibuatlah perjanjian antara Montenegro dan Turki pada Kongres Berlin.
Perjanjian Berlin ini menjamin hak kepemilikan harta tak bergerak dan wakaf Montenegro-Turki. Mereka juga harus mengakui kebebasan beragama meskipun penguasa saat itu non-Islam. Komunitas Islam Montenegro kemudian didirikan. Haji Salih Efendija Huli menjadi mufti pertama yang ditunjuk oleh Raja Nikola.
Kemudian, Montenegro dikuasai oleh Kerajan Serbia, Kroasia, dan Slovenia pada 1922. Saat inilah keberadaan Islam di Montenegro berubah. Pemimpin Kerajaan ini tak lagi menghormati umat Islam. Pelaksanaan hak dan kewajiban umat Islam bergantung pada situasi konkret yang terjadi. Kementerian Agama dibentuk, tetapi dibubarkan, digantikan Kementerian Kehakiman.
Undang-undang tahun 1921 yang menjamin kebebasan beragama dibuat. Namun, ini hanya untuk membatasi kegiatan keagamaan dan hanya boleh dilakukan di tempat ibadah. Pada 1931 negara melakukan kontrol mutlak komunitas keagamaan. Peraturan ini berlaku di seluruh negeri setahun kemudian. Administrasi syariah dihapuskan diam-diam. Mufti dipecat dan pensiun pada 30 Januari 1924.
Umat Islam kemudian membentuk komunitas di Yugoslavia pada 1968. Di dalamnya terdapat beberapa unit; tradisional, parlemen, wilayah Bosnia dan Herzegovina, Kroasia, dan Slovenia. Mereka berpusat di Sarajevo. Majelis komunitas Islam Serbia yang mencakup wilayah Kosovo dan Vojvodina berkantor pusat di Prishtina. Komunitas Islam untuk Makedonia berbasis di Skopje.
Sedangkan, majelis komunitas Islam Montenegro berkantor pusat di Titograd. Mereka memercayakan tugasnya ke badan, institusi, dan pejabat sendiri. Badan komunitas Islam adalah komite komunitas Islam (vakuf mairif), dan majelis komunitas Islam (vakuf).
Anggota komunitas Islam adalah mufti, imam, pendakwah, guru, dan pengazan. Ada 13 komite komunitas Islam di wilayah Meshihat sebagai otoritas kota di wilayah mereka. Masing-masing memiliki masjid. Mereka tetap menjadikan rumah Allah sebagai pusat dakwah. Muslim di Republik Montenegro adalah komunitas religius yang unik.
Mereka terdiri atas semua muslim di Republik Montenegro dan yang tinggal di luar negeri. Masjid kembali dibangun Salah satu yang kembali dibangun adalah Masjid Old Nizam Podgorica- Tuzi. Selama 15-20 tahun terakhir, sekitar 40 masjid dengan fasilitas yang menyertainya telah direhabilitasi dan dibangun kembali.
Di beberapa tempat, masjid baru sedang dibangun. Hanya sekitar 20 masjid yang dibangun di wilayah komite komunitas Islam di Rozaje. Di Berane, setelah tiga puluh tahun meminta persetujuan dari wali kota, sebuah masjid baru dibangun Masjid di Petnjica diperbaiki. Masjid lainnya dibangun di Miljus, Karabusko Polje, Vladni, Vranje, Kodrabudan, dan Tuzi.
Masjid Osmanagis lama, yang rusak pada Perang Dunia Kedua pada 1943, telah dibangun kembali. Di Ulcinj, di lahan yang lama, Masjid Bregut dibangun. Masjid juga didirikan di desa Boka dan Krutam. Di Vladimir, sebuah masjid baru didirikan di atas pondasi yang lama. Pondasi lama Masjid Naval Mariner yang terkenal di Pristan, yang hancur pada 1931, juga dibangun kembali.
Masjid baru di Kunj dan Mrkojevici dibangun di Kota Bar. Di Salavat, pemugaran Masjid Sultania, yang telah berdiri selama lebih dari 70 tahun, telah selesai. Di Gusinje, di atas pondasi lama, sebuah masjid baru dan dua lagi dibangun di Cosovic dan Krusevo.