Senin 07 Aug 2017 05:21 WIB

Cara Zaid bin Tsabit Tegakkan Panji Kebesaran Islam

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Pasukan Muslim dipimpin Salahuddin mengepung Pasukan Salib di Lembah Hittin
Foto: historia
Pasukan Muslim dipimpin Salahuddin mengepung Pasukan Salib di Lembah Hittin

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Zaid bin Tsabit kemudian berpikir untuk mencari jalan perjuangan lain yang tak harus memiliki batasan usia, tetapi tetap dekat dengan Rasulullah. Caranya adalah dengan menghafal Alquran.

Sang ibu sangat senang dan ingin anaknya menjadi penghafal Alquran. Sang ibu pun berbicara dengan beberapa orang Anshar tentang keinginan anaknya. Kemudian, dia membicarakan masalah ini dengan Rasulullah.

"Wahai Rasul Allah, anak kami Zaid telah menghafal tujuh belas surah dari Kitab Allah dan membacakannya sama seperti diwahyukan kepadamu. Selain itu, dia piawai membaca dan menulis. Dengan ini dia berusaha ingin dekat dengan Anda," kata mereka menerangkan.

Rasul pun mendengarkan Zaid membaca beberapa surah. Bacaannya jelas dan indah. Nabi merasa senang. Zaid menda pat kan pujian karena kemampuannya meng hafal Alquran dengan cepat dan me nulis dengan baik. Kemampuan itu tak dimiliki banyak orang ketika itu.

Pena Rasulullah

Rasul memintanya untuk mempelajari tulisan orang Yahudi. Dia pun menaati perintahnya. Zaid menguasai bahasa Ibrani, baik lisan maupun tulisan. Dia mampu menerjemahkan kata-kata Rasulullah ketika ingin berkomunikasi dengan orang Yahudi, baik saat berpidato maupun berbentuk surat.

Begitu juga ketika Yahudi menuliskan surat untuk Nabi, Zaid yang menerjemahkan nya ke dalam bahasa Arab. Setelah baha sa Ibrani, Rasul pun memerintah kannya untuk mempelajari bahasa Syria. Dengan tugas ini, Zaid telah melakukan tugas penting sebagai penerjemah Rasul dengan mereka yang tidak bisa berbahasa Arab.

Berkat antusiasme dan keterampilan dia dan mampu melaksanakan tugas selama ini, Nabi menambahkan tugas dan tanggung jawab yang lebih berat. Dia memerintahkan untuk mencatat wahyu Allah dengan tulisan dan merekam dengan hafalannya. Ketika Rasul mendapatkan wahyu, dia memanggil Zaid sambil meminta membawa perkamen, tinta, dan tulang belikat hewan untuk menu lis bagian dari Alquran tersebut.

Zaid memang bukan satu-satunya penulis pribadi Rasulullah. Sumber lain mencatat, terdapat 48 orang yang biasa menulis untuknya, tetapi Zaid yang paling menonjol di antara mereka.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement