Senin 07 Aug 2017 07:27 WIB

Mengapa Generasi Milenial Menggilai Vinyl?

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Nur Aini
 Penjual menata piringan hitam atau vinyl di salah satu toko di Jalan Surabaya, Menteng, Jakarta, Selasa (30/5).
Foto: Republika/Prayogi
Penjual menata piringan hitam atau vinyl di salah satu toko di Jalan Surabaya, Menteng, Jakarta, Selasa (30/5).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Generasi milenial disebut membunuh banyak hal melalui tangan mereka. Generasi internet itu menjadi kelompok yang disalahkan karena menghilangkan budaya makan malam santai hingga diskusi kelompok.

Kendati demikian, generasi milenial telah menghidupkan vinyl atau piringan hitam. Bahkan, optimisme terhadap barang seni itu diproyeksikan mempunyai penjualan mencapai 1 miliar dolar Amerika Serikat (AS) pada 2017.

Dilansir dari Fortune, sekitar 50 persen pelanggan gramofon berusia 35 tahun atau lebih muda. Didirikan pada 2013 oleh Matt Fiedler dan Tyler Barstow (generasi milenial), layanan berlangganan vinyl menawarkan lagu panjang, album musik, hingga resep minuman pada penggunanya. Pelanggan atau pengguna cukup merogoh 29 dolar AS per bulan untuk menikmati layanan tersebut.

Mengapa vinyl kembali hidup saat ini? Fiedler mengungkapkan hal itu bukan karena nostalgia. Sebab, sebagian besar milenial tidak tumbuh dengan lagu panjang. Fielder mengaitkannya tenarnya vinyl berhubungan dengan kemauan generasi milenial untuk menukar gagasan kenyamanan untuk sebuah pengalaman.

Selain itu, bagi pelanggan berusia 20 dan 30an, mereka tumbuh dengan streaming musik. Sehingga, itu menjadi alasan cukup menarik untuk mengenal vinyl. "Kami ingin menawarkan layanan yang menempatkan album sebagai bagian utama dari pengalaman mendengarkan. Hal luar biasa yang anda ikuti," kata Barstow.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement