REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rumah Sakit Indonesia di Rakhine State, Myanmar, yang baru saja menyelesaikan proses pembangunan tahap pertama, masih kesulitan air bersih, sehingga Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) mengirimkan ahli teknik lingkungan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
"Air di wilayah tersebut payau sehingga selama ini masyarakat sekitar mengandalkan dan sangat bergantung dari air tadah hujan," kata Ketua Tim Pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Myanmar Ichsan Thalib melalui siaran pers di Jakarta, Senin (7/8).
Menurut siaran pers tersebut, MER-C mengirim empat relawan teknis yang berangkat Senin yaitu Ichsan Thalib, Ketua Divisi Konstruksi MER-C Idrus M. Alatas, Agus Subiyakto Saleh dan Nur Ikhwan Abadi. Tim akan melakukan studi lanjutan untuk mengatasi permasalahan kesulitan air bersih di wilayah sekitar Rumah Sakit Indonesia di Myanmar. "Keikutsertaan ahli teknik lingkingan diharapkan bisa mengatasi permasalahan air bersih yang tidak hanya sangat penting bagi operasional rumah sakit, tetapi juga bagi kehidupan masyarakat sekitar baik Muslim maupun Buddha," tutur Ichsan.
Selain mencoba mengatasi kesulitan air bersih, tujuan utama tim tersebut adalah melakukan supervisi pekerjaan tahap pertama yang dikerjakan oleh kontraktor lokal pemenang tender sekaligus melakukan finalisasi pembayaran. Pengerjaan tahap pertama meliputi pengurukan dan pemagaran lahan Rumah Sakit Indonesia seluas lebih dari 7.000 meter persegi yang terletak di Muaung Bwe, Mrauk U, Rakhine State. Tim relawan MER-C akan berkunjung selama lima hari di Myanmar hingga Jumat (11/8).
Rumah Sakit Indonesia di Myanmar adalah program kerja sama MER-C dan Palang Merah Indonesia (PMI) yang didukung Pemerintah Indonesia. Rumah Sakit Indonesia di Myanmar diharapkan dapat menjadi salah satu diplomasi kemanusiaan dalam bidang kesehatan yang dapat mendorong terciptanya perdamaian bagi warga Muslim dan Budha di negara tersebut.