REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan II 2017 melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya, dan lebih rendah dari prakiraan Bank Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah lesunya konsumsi rumah tangga, sebagai sumber pertumbuhan ekonomi.
''Konsumsi lembaga non-profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) dan ekspor neto antardaerah yang masih tumbuh cukup tinggi, meskipun mengalami perlambatan,'' kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta, Doni P. Joewono, dalam siaran persnya, Selasa (8/8).
Untungnya, lanjut dia, laju perlambatan pada konsumsi rumah tangga dapat tertahan dengan adanya faktor puasa dan Idul Fitri. Sedangkan pada konsumsi LNPRT terbantu dengan adanya pilkada DKI Jakarta putaran kedua dan persiapan pilkada di daerah lain, serta kegiatan yayasan (lembaga) keagamaan sepanjang bulan Ramadhan dan Idul Fitri.
Sebaliknya, investasi dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh meningkat, sejalan dengan realisasi berbagai proyek infrastruktur di DKI Jakarta. Sejalan dengan pelemahan kinerja ekspor dan impor, dua lapangan usaha (LU) utama dalam PDRB DKI Jakarta, yaitu LU perdagangan, dan industri pengolahan, mengalami perlambatan pertumbuhan.
LU perdagangan yang melambat disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan //intermediate demand// dari kegiatan industri pengolahan yang pada periode laporan menunjukkan perlambatan. Sementara itu, LU utama lainnya yaitu konstruksi mengalami peningkatan sejalan dengan pertumbuhan PMTB yang juga meningkat.
''Demikian juga LU informasi dan komunikasi yang memberi kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi Jakarta,'' jelas Doni.