REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden AS Donald Trump masih diam soal ledakan bom di Minnesota akhir pekan lalu. Dalam kicaunnya di Twitter, Trump memilih untuk berbicara berbagai topik sepert serangan fake news dari senator Partai Demokrat.
Muslim dan warga Minnesota masih menunggu kapan kiranya Trump akan bersuara. "Diamnya pejabat publik di tingkat nasional hanya akan mendorong Islamofobia," ujar Ibrahim Hooper, juru bicara Dewan Hubungan Islam- Amerika (CAIR) dalam pernyatannya seperti dikutip Washington Post, kemarin.
Direktur Perhimpunan Muslim Amerika di Minnesota Asad Zamn juga bertanya-tanya mengapa Trump diam. "Kami heran mengapa Presiden Trump tidak berkicau tentang ini," ujarnya kepada Buzzfeed News.
Pada Ahad lalu, Departemen Keamanan Dalam Negeri merils pernyataan bahwa mereka memberi perhatian atas ledakan tersebut. Departemen juga terus melakukan kontak dengan investigator. "Departemen Keamanan Dalam Negeri mendukung penuh hak dan keamanan untuk beribadah serta mengutuk serangan seperti itu," tulis Departemen dalam pernyataannya.
Ledakan bom terdengar di Masjid Al Farooq, Minnesota, saat jamaah sedang ingin shalat Subuh pada Sabtu (5/8) pagi. Ledakan menyebabkan kerusakan, tapi tak menimbulkan korban.
Laporan koran lokal, Star Tribune, menyebut ada sekitar 15 sampai 20 orang yang berada di dalam masjid saat kejadian. FBI telah mengirimkan agen untuk melacak siapa yang berada di balik aksi tersebut.
Menurut sebuah pernyataan dari Muslim American Society of Minnesota meyebutkan jamaah berhasil memadamkan api sebelum petugas pemadam kebakaran tiba. Direktur kelompok tersebut, Asad Zaman, mengatakan kepada wartawan bahwa seorang saksi melihat sebelum ledakan ada sesuatu yang dilemparkan dari sebuah van atau truk ke jendela kantor imam.
Baca juga, Masjid di AS Dibom Saat Jelang Shalat Subuh.