REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam beberapa kali kesempatan menegaskan, pemerintahannya tak memungkinkan untuk bertindak otoriter lantaran hal ini diatur dalam konstitusi. Menurut pengamat politik dari Universitas Airlangga Surabaya Haryadi, meskipun dalam salah satu momen pernyataan Jokowi tersebut disampaikan dalam bentuk guyonan, hal itu menyiratkan makna dan pesan.
Ia berpendapat, dengan pernyataannya itu, Jokowi ingin menegaskan dirinya tak seperti yang selama ini sejumlah kalangan duga, yakni menjadi seorang yang diktator. “Kalau Presiden menekankan di berbagai forum maka tampaknya Presiden ingin menyampaikan pesan kepada mereka yang mengkritik, menegaskan bahwa 'Saya bukan seperti yang kamu kira'. 'Saya tidak mungkin jadi diktator karena sistem yang ada tidak memungkinkan',” ujar Haryadi saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (9/8).
Haryadi meyakini, Presiden ingin pesan dari pernyataannya ini sampai kepada orang-orang yang menuduhnya bertindak otoriter. Haryadi menduga, pernyataan sang Presiden ini ditujukan untuk Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang dalam beberapa waktu belakangan kali ini menyampaikan akan mengawal pemerintahan agar tak sewenang-wenang menggunakan kekuasaan.
Karena itu, Jokowi kembali menegaskan hingga berkali-kali bahwa pemerintah tidak mungkin bertindak otoriter. “Dugaan saya untuk Pak SBY. Karena ketika pertama kali pernyataan itu muncul, itu merespons (pernyataan) SBY, serta orang-orang yang sepamahaman dengan SBY,” ujarnya.
(Baca Juga: Jokowi: Gak Usah Takut, Saya Bukan Diktator)
Kendati demikian, Haryadi menilai pernyataan Jokowi tersebut tak akan mengubah persepsi masyarakat terhadap dirinya. Bagi kalangan yang tak percaya terhadap pemerintahan Jokowi, maka tidak akan mengubah pandangan terhadap Presiden meskipun ia berkali-kali menegaskannya.
“Mereka yang tidak percaya dengan Jokowi ya tetep kekeh dengan persepsinya. Bagi yang mengapresiasi (Jokowi) ya jadi semakin berbesar hati dari pernyataaan (Jokowi),” kata Haryadi.
Sebelumnya, di Pondok Pesantren Mihaajurrosyidin Lubang Buaya, Jakarta Timur, Selasa (8/9), Presiden Jokowi memberi pernyataan yang mengesankan agar masyarakat tak takut kepada dirinya lantaran ia bukanlah seorang diktator. Pernyataan ini dilontarkan Jokowi dengan nada bercanda.
Kemudian saat membuka simposium internasional di Solo, Jawa Tengah, Rabu (9/9), Presiden kembali menekankan bahwa pemerintahannya tidak mungkin bertindak otoriter. Sebab, konstitusi tidak memungkinkan kepemimpinan diktator di Indonesia. “Merujuk konstitusi kita, tidak ada satu pun institusi yang memiliki kekuasaan mutlak, apalagi seperti diktator,” ujar Jokowi.