REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Pemerintah Swedia mengatakan akan membatu upaya pembebasan seorang wartawan keturunan Turki bernama Hamza Yalcin yang ditahan di Spanyol, Rabu (9/8). Ia ditangkap saat berada di Bandara El Prat Barcelona pada 3 Agustus lalu.
Seperti dilaporkan BBC, Penangkapan terhadap Yalcin dilakukan atas surat permintaan dari Pemerintah Turki. Dalam beberapa waktu terakhir, setidaknya ada 17 wartawan asal negara itu yang diadili dengan tuduhan mendukung organisasi teroris dan terlibat dalam upaya kudeta yang terjadi pada Juli 2016.
Yalcin selama ini berada di Swedia dan telah bertahun-tahun mendapat suaka di negara itu. Atas penangkapannya kali ini, Kementerian Luar Swedia tengah mengupayakan pembebasan terhadap dirinya dan memastikan pengacara untuk mendampingi kasus penahanan tersebut.
Turki telah melakukan tindakan keras atas terjadinya kudeta militer yang terjadi di negara itu tepatnya pada 15 Juli 2016. Sejak kudeta peristiwa itu terjadi, penangguhan jabatan terhadap banyak orang dari berbagai lembaga negara, serta penahanan dilakukan.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuding bahwa ulama yang berbasis di Amerika Serikat (AS) Fethullah Gulen sebagai dalang utama peristiwa itu. Pemerintah Turki kemudian menargetkan seluruh individu maupun kelompok yang terkait atau bahkan diyakini sebagai pendukung jaringan Gulen.
Tercatat sejak kudeta, setidaknya ada 120 ribu orang, baik yang berasal dari militer, polisi, dan pegawai negeri yang tercatat telah dipecat maupun ditangguhkan. Kemudian, ada sekitar 40 ribu orang dari instansi serta lembaga negara tersebut yang ditangkap.
Pada awal bulan ini, setidaknya 500 orang terdakwa terkait kasus kudeta diadili oleh Pemerintah Turki. Persidangan dilakukan di wilayah pangkalan udara Akinci.