REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Para pemimpin Muslim mengecam seorang pejabat Gedung Putih yang mengatakan bahwa dugaan serangan teror terhadap sebuah masjid di Minnesota mungkin merupakan serangan 'palsu' yang dilakukan oleh orang-orang kiri.
Sebastian Gorka, seorang wakil asisten Presiden Donald Trump mengatakan hal itu dalam sebuah penampilan di MSNBC pada Selasa lalu. Ia menambahkan, Gedung Putih tidak akan mengomentari kejadian tersebut sampai ada penyelidikan akhir.
Trump telah dikritik karena tidak mengeluarkan pernyataan tentang serangan bom ke Masjid Minnesota tersebut. Gubernur Minnesota Mark Dayton menyebut serangan ke masjid itu merupakan tindakan kriminal terorisme dan sedang diselidiki oleh FBI.
"Gedung Putih akan menunggu dan melihat jika ledakan tersebut ternyata merupakan serangan palsu," kata Gorka seperti dilansir Newsweek, Rabu, (9/8).
Direktur Masyarakat Muslim Amerika Minnesota Asad Zaman mengecam komentar Gorka. "Saya menganggap komentar ini sangat memalukan dan menyinggung, menunggu penyelidikan selesai, bukanlah sesuatu yang dilakukan Trump saat pelakunya Muslim. Kemunafikan ini harus segera diakhiri. Apa yang mencegah presiden untuk mengungkapkan simpati kepada para jamaah masjid yang diserang?"
Direktur Komunikasi nasional Council on American Islamic Relations Ibrahim Hooper mengatakan, Trump perlu berbicara jika ia menentang hal-hal semacam. Sebab mereka yang mendukungnya menilai diamnya Trump sama saja sebagai dukungan diam-diam terhadap serangan ke masjid. Sebuah bom meledak Sabtu pagi di Islamic Center Dar Al Farooq di pinggiran Kota Minneapolis saat para jamaah berdatangan untuk shalat.