REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muhammad Aljahra alias Joya yang menjadi korban pengeroyokan dan pembakaran karena diduga mencuri amplifier mushala tidak pernah tersandung kasus pencurian dan berurusan dengan kepolisian.
"Menurut catatan kami tidak ada, keluarga korban juga tidak pernah mengatakan dia sebelumnya pernah mencuri itu," ujar Kapolres Metro Kabupaten Bekasi Kombes Asep Adi Saputra saat dikonfirmasi Republika, Kamis (10/8).
Motif Joya diduga mencuri amplifier belum diketahui kepolisian. Menurut Asep, hal ini akan sulit diungkap karena Joya sudah meninggal. Kasus pencurian pun sudah tidak diteruskan. "Kan beliau (Joya) sudah meninggal kita tidak bisa tanya tentunya ya. Kalau keluarga tidak berpikir ke sana," kata Asep.
Asep membenarkan jika Joya berprofesi sebagai tukang servis audio. Dia juga melakukan jual beli amplifier. Selain itu, Joya juga kerap memperbaiki alat audio yang rusak untuk dijual lagi. Menurut Asep, Joya dan istrinya Zubaidah hidup sebagai keluarga yang baik dan harmonis.
Namun, Joya diduga membawa amplifier mushala Al-Hidayah Muara Bakti Babelan Bekasi yang menyebabkannya dikeroyok dan dibakar hingga tewas oleh warga. Pada saat itu, Joya diketahui membawa dua amplifier lainnya.
"Dua ampli yang dibawa itu kan ada dua pendapat. Kata istrinya, bahwa saat berangkat tidak membawa apa-apa, namun ada juga keterangan lain ternyata membawa," kata Asep menuturkan.
Polisi pun mendalami asal mula dua amplifier itu untuk mencari adanya keterkaitan dengan peristiwa pengeroyokan dan pembakaran yang menewaskan Joya. "Tugas kita mendalami dua ampli itu darimana," kata Asep.