REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Para petambak udang di sejumlah desa di Kabupaten Indramayu menjerit. Pasalnya, udang jenis vaname yang mereka budidayakan, mati mendadak. Untuk menghindari kerugian yang lebih besar, mereka terpaksa melakukan panen dini.
Hal itu seperti yang dialami seorang petambak di Blok Waledan, Desa Lamarantarung, Kecamatan Cantigi, Kabupaten Indramayu, Khaerudin. Dia mengatakan, udang vaname yang dibudidayakan di lahan tambak seluas satu hektare miliknya mati mendadak.
Khaerudin menjelaskan, semula menebar benih udang vaname sebanyak 100 ribu ekor. Modal yang dikeluarkannya untuk membeli benih itu sekitar Rp 2 juta, belum termasuk biaya pakan udang dan ongkos tenaga kerja.
Namun, saat baru mencapai umur hampir satu bulan, udang yang dibudidayakannya tiba-tiba banyak yang mati secara mendadak. Semakin hari, jumlah udang yang mati itu semakin bertambah banyak. Untuk menghindari kerugian yang lebih besar, dia terpaksa melakukan panen dini terhadap udang yang masih tersisa.
''Saya panen dini kemarin. Udangnya baru berumur satu bulan lewat tiga hari,'' kata Khaerudin kepada Republika, Kamis (10/8).
Dalam kondisi normal, terang Khaerudin, udang baru bisa dipanen setelah berumur tiga bulan. Saat itu, hasil panen udang bisa mencapai lima kuintal, dengan ukuran (size) 25 – 30 udang per kilogram. Hasil panen pun bisa mencapai puluhan juta rupiah.
Namun, karena panen dini, total udang yang dipanen Khaerudin hanya mencapai 17,1 kilogram. Dari hasil panen itu, dia hanya memperoleh uang sebesar Rp 700 ribu.
''Ya jelas rugi besar. Ini juga dialami para petambak lainnya, tidak cuma saya,'' tutur Khaerudin.
Hal serupa juga dialami petambak lainnya di Blok Pulomas, Desa Panyingkiran Lor, Kecamatan Cantigi, Kabupaten Indramayu, Kasidin. Dia pun mengaku terpaksa panen dini untuk menghindari kerugian yang lebih besar.
''Hasilnya memang sedikit, tapi masih mending daripada tidak dapat sama sekali,'' kata Kasidin.
Salah seorang petambak di Blok Pulomas lainnya, Iwang, mengaku malah tidak bisa panen sama sekali. Pasalnya, kematian udang terjadi secara mendadak dan cepat tanpa sempat diselamatkan. Dia akhirnya memilih menelantarkan tambaknya begitu saja.
''Tambak saya tinggalkan begitu saja, udangnya pada mati,'' keluh Iwang.
Sementara itu, kondisi tersebut diperkirakan terjadi di ratusan hektare tambak lainnya di kedua desa tersebut. Para petambak mengaku tidak mengetahui penyebab pasti kematian udang vaname yang mereka budidayakan.