REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Garam di DI Yogyakarta bukan hanya untuk konsumsi manusia, melainkan juga untuk budi daya ikan kerapu yang berada di Jalan Kaliurang, Yogyakarta. Budi daya ikan Kerapu tersebut menggunakan air laut dan memerlukan garam yang cukup banyak. "Sekarang yang melakukan budidaya kerapu pihak swasta," kata Kepala Bidang Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan DIY Suwarman pada wartawan di Kepatihan Yogyakarta, Kamis (10/8).
Budi daya ikan kerapu di Jalan Kaliurang untuk memenuhi permintaan di dalam wilayah DIY. Mulai dari restoran maupun hotel bintang lima. Namun, pasokan garam dari DIY belum mampu mencukupi kebutuhan mereka sehingga nantinya pihak swasta tersebut akan ikut turun ke lapangan guna memberdayakan masyarakat pesisir, baik untuk garam maupun perluasan budidaya kerapu. "Permintaan banyak, dan tak terlayani. Karena itu mereka ingin mengembangkan. Mau memperlebar empat kali dari yang ada sekarang," tuturnya.
Saat ini ada empat petak lahan yang digunakan budidaya kerapu. Masing-masing petak memiliki diameter empat meter. Dalam setiap kali panen, di mana satu siklusnya adalah tujuh bulan, dari tempat budidaya tersebut mampu menghasilkan 1,4 ton ikan kerapu. Satu kilogram ikan kerapu harganya Rp 180 ribu dengan jumlah ikan tidak sampai dua ekor. Satu ekor ikan kerapu rata-rata beratnya 700 gram.
Melihat harga yang sangat tinggi dan ada peluang dari menghidupkan produksi garam di DIY, maka Dinas Kelautan dan Perikanan DIY dalam waktu dekat akan mempertemukan pelaku budi daya ikan kerapu tersebut dengan masyarakat pesisir.
"Nantinya bisa dikembangkan di lahan pesisir. Nanti ada inti plasma. Intinya (dari) PT (pelaku budidaya ikan kerapu) dan plasmanya nelayan atau masyarakat pesisir. Jadi di samping budi daya ikan kerapu, juga membuat garam," kata Warman.