REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Oke Nurwan menyebut, sebanyak 25 ribu ton garam impor sudah masuk pada Kamis (19/8) pagi, lewat Pelabuhan Ciwandan, Banten. Jumlah tersebut merupakan bagian dari 75 ribu ton garam yang diimpor PT Garam dari Australia.
"Hari ini (garam impor) masuk sesuai jadwal. Tadi pagi 25 ribu di Ciwandan," kata Oke, di Auditorium Kemendag, Kamis (10/8).
Pada Jumat (11/8), 25 ribu ton lagi akan masuk lewat Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Sisanya, sebanyak 25 ribu ton lainnya akan masuk melalui Pelabuhan Belawan, Medan. "Memang dibagi rata. Kapalnya itu kapasitas 25 ribu ton," kata Oke.
Ia menegaskan, garam impor didatangkan untuk mengisi kekosongan di pasar akibat industri dalam negeri yang telah berhenti berproduksi karena ketiadaan bahan baku. Menurut Oke, kebutuhan nasional untuk garam konsumsi saat ini mencapai 100 ribu ton per bulan. Namun, volume impor yang diberikan hanya sebanyak 75 ribu ton.
Sementara, pada Juli lalu, hanya ada sisa produksi sekitar 6.000 ton. Artinya, jika ditambah dengan garam impor sebanyak 75 ribu ton, masih ada ruang cukup besar yang dapat diisi sentra garam lokal.
Oke mengaku mendapat laporan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan bahwa sejumlah sentra garam di Madura sudah mulai berproduksi. Sehingga diharapkan mereka dapat memenuhi sisa kebutuhan yang belum terpenuhi.